LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI PERTANIAN
OLEH :
WINDY SAPUTRA
1110212041
KELOMPOK 2
KELAS C
PROGRAM STUDI
AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2012
Lembar
Pengesahan
Laporan
Akhir Praktikum
Mikrobiologi
Pertanian
Sebagai
Salah Satu
Syarat
untuk Ujian Akhir Praktikum (UAP) Mikrobiologi Pertanian
Dosen
Pembimbing :
Ir. Winarto,MP Dr.Yulmira Yanti, Ssi. MP.
Asisten
:
a). Erna Rossi b).
Aswin Fajri
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur disampaikan ke hadirat Allah yang maha kuasa karena atas rahmat dan
izin nya kami dapat menyelesaikan laporan akhir praktikum Mikrobiologi
Pertanian. Shalawat serta salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa kita ke dunia yang penuh ilmu pengetahuan seperti saat sekarang
ini.
Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak
yang telah membantu dalam pembuatan laporan akhir praktikum ini, kepada dosen
mata kuliah Mikrobiologi Pertanian, para asisten dan juga rekan-rekan yang
telah membantu selama pelaksanaan praktikum berlangsung.
kami
mengakui bahwa dalam pembuatan laporan praktikum ini masih jauh dari sempurna
dan masih banyak kekurangan sehingga kami menerima kritik dan saran agar
kedepanya kami dapat melakukan yang lebih baik lagi.
Laporan
akhir praktikum Mikrobiologi pertanian ini disusun berdasarkan penyesuaian
objek-objek yang dipraktikumkan dalam setiap praktikum secara berurutan.
Penyusunan laporan akhir praktikum ini bertujuan untuk memenuhi syarat dari
ujian akhir praktikum Mikrobiologi Pertanian.
Padang, Maret 2012
Kelompok
2
DAFTAR ISI
LEMBAR
PENGESAHAN.............................................................. i
KATA
PENGANTAR...................................................................... ii
DAFTAR
ISI.................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
................................................................. 1
1.2 Tujuan................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Bakteri..................................................................................
2.2
Jamur...............................................................................
2.3
Virus..................................................................................
2.4
Nematoda..............................................................................
2.5
Protozoa..........................................................................
2.6
Alga........................................................................................
BAB III BAHAN
DAN METODA
3.1 Cara – Cara Membersihkan Alat –
Alat Gelas....................
3.2 Pembuatan Media Kultur Mikroorganisme...................
3.3 Isolasi
Jamur.......................................................................
3.4 Pembiakan Murni
Jamur...................................................
3.5 Pengenalan
Mikroba...........................................................
3.6 Isolasi Bakteri................................................................
3.7 Biakan Murni...................................................................
3.8 Haemacytometer........................................................................
BAB IV HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Cara – Cara Membersihkan Alat –
Alat Gelas....................
4.2 Pembuatan Media Isolasi
Mikroorganisme...................
4.3 Isolasi
Jamur.......................................................................
4.4 Pembiakan Murni
Jamur...................................................
4.5 Pengenalan
Mikroba...........................................................
4.6 Isolasi Bakteri................................................................
4.7 Biakan Murni...................................................................
4.8 Haemacytometer........................................................................
BAB V KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1 Cara – Cara Membersihkan Alat –
Alat Gelas....................
5.2 Pembuatan Media Kultur
Mikroorganisme...................
5.3 Isolasi
Jamur.......................................................................
5.4 Pembiakan Murni
Jamur...................................................
5.5 Pengenalan
Mikroba...........................................................
5.6 Isolasi Bakteri................................................................
5.7 Biakan Murni...................................................................
5.8 Haemacytometer........................................................................
DAFTAR PUSTAKA
I.
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sejarah ilmu mikrobiologi
adalah pada saat pertama kalinya diungkapkan penemuan animalcules yang
ditemukannya mikroskop oleh Antony Van
Leeuwenhoek (1632-1723) yaitu adalah sebuah alat yang memiliki kemampuan
melihat benda-benda atau mekhluk hidup yang berukuran sangat kecil dan tidak
bisadilihat oleh mata telanjang, dengan melakukan pengamatan tentang struktur mikroskopis
biji, jaringan tumbuhan dan invertebrata kecil. Penemuan yang terbesarnya
adalah saat
Leeuwenhoek mengungkapkan bahwa diketahu adanyai dunia mikroba yang disebut
“animalcules” atau hewan kecil (protozoa, algae, khamir, bakteri).
Mikrobiologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang
mikroba meliputi bakteri, khamir, jamur benang, ganggang biru, protozoa,
virus, mikoplasma, pleuropneumonia (PPO), yang menyerupai pleuropneumonia
(pleuropneumonia Like Organism = PPLO). Mikrobiologi
yang diketahui banyak orang memiliki dua arti yaitu sebagai ilmu dasar dan ilmu
aplikasi. Sebagai ilmu dasar
yaitu sebagai alat penelitian, mempelajari proses hidup (sel mikroba memiliki
kesamaan karakter biokimia dengan multisel). Sebagai ilmu aplikasi yaitu berperanan
pada bidang kedokteran, pertanian dan industri.
Mikroba / mikroorganisme /
jasad renik adalah jasad hidup yang
ukurannya sangat kecil, hanya dapat dilihat dengan alat pembesar atau mikroskop
yaitu ukuran mikroba adalah 1 mikron atau 0,001 mm. Dalam pembelajaran mikrobiologi
pertanian kita mempelajari mengenai mikroba, pengenalan bentuk dan
jenis-jenisnyadan lain-lain dan juga yang paling terpenting yaitu perananya
dalam bidang pertanian baik yang menguntungkan dan merugikan. Dari sanalah kita
dapat mengetahui jenis mikroba apa yang bermanfaat dan dapat kita berdayakan
untuk pemanfaatan dibidang pertanian dewasa ini.
1.2.Tujuan
Tujuan dari praktikum ini
adalah agar kita semua dapat mengetahui dan menjelaskan tentang ruang lingkup
mikrobiologi termasuk didalamnya apa-apa saja yang dipelajari dalam praktikum
ini. Mahasiswa juga diharapkan untuk dapat menjelaskan sejarah dan peranan
mikroorganisme dalam kehidupansehari-hari dan yang paling utamanya dalam bidang
pertanian. Praktikan juga diajarkan
agar nantinya dapat menjelaskan pengelompokkan terhadap mikroorganisme yang telah kita ketahui.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri
Bakteri adalah organisme bersel tunggal terkecil, beberapa di antaranya hanya memiliki diameter 0,4 mm. Sel berisi massa sitoplasma dan beberapa bahan inti (dia tidak memilki inti sel yang jelas). Sel dibungkus oleh dinding sel dan pada beberapa jenis bakteri dinding sel ini dikelilingi oleh lapisan lendir atau kapsula. Kapsula terdiri atas campuran polipeptida dan polisakarida (Repley,2005).
Bakteri adalah organisme bersel tunggal terkecil, beberapa di antaranya hanya memiliki diameter 0,4 mm. Sel berisi massa sitoplasma dan beberapa bahan inti (dia tidak memilki inti sel yang jelas). Sel dibungkus oleh dinding sel dan pada beberapa jenis bakteri dinding sel ini dikelilingi oleh lapisan lendir atau kapsula. Kapsula terdiri atas campuran polipeptida dan polisakarida (Repley,2005).
Bakteri
merupakan sel prokariotik dan mempunyai berbagai bentuk yang sebagian m.mm
dan panjang 5mbesar
berbentuk batang dengan lebar kurang dari 1 DNA diselubungi oleh satu membran
inti, terdapat organela mitokondria dan protoplas. Daerah inti berupa anyaman
benang halus yang langsung berbatasan dengan sitoplasma berisi ribosom.Bakteri
berkembang biak dengan membelah diri (Repley,2005).
Berdasarkan
bentuk morfologisnya, maka bakteri tiu dapat dibagi atas ti golongan,yaitu
golongan basil, golongan kokus, dan golongan spiral. Basil (bacillus) berbentuk
serupa dengan tongkat pendek, silindris. Sebagian besar dari bakteri itu
merupakan basil. Basil dapat bergandeng-gandengan panjang, bergandengan
dua-dua, atau terlepas satu sama lain. Yang bergandeng-gandengan panjang
disebut streptobasil, yang dua-dua disebut diplobasil. Ujung-ujung basil yang
terlepas satu sama lain itu tumpul, sedang ujung-ujung yang masih bergandengan
itu tajam. Kokus (coccus) adalah bakteri yang bentuknya serupa bola-bola kecil.
Golongan ini tidak sebanyak golongan basil. Kokus ada yang bergandeng-gandengan
panjang serupa tali leher, ini disebiut streptokokus, ada yang bergandengan
dua-dua, ini disebut tetrakokus, kokus yang mengelompok merupakan suatu untaian
disebut stafilokokus, sedang kokus yang mengelompok serupa kokus disebut
sarcina. Spiril (dari spirilum) ialah bakteri yang bengkok atau
berbengkok-bengkok serupa spiral. Bakteri yang berbentuk spiral itu tidak
banyak. Golongan ini merupakan golongan yang paling kecil, jika dibandingkan
dengan golongan kokus maupun golongan basil. (Waluyo,2005).
Suatu bahan makanan apabila dibiarkan pada keadaan yang memungkinkan pertumbuhan bakteri, susu mentah misalnya dengan mutu kesehatan yanag baik akan memungkinkan memberikan rasa asam yang khas. Perubahan ini disebabkan oleh Streptococcus lactis dan spesies-spesies Lactobacillus tertentu. Perubahan utama yang terjadi adalah fermentasi laktosa menjadi asam laktat. Bakteri dalam susu digolongkan berdasarkan suhu pertumbuhan dan ketahanannya terhadap panas. Pertimbangan ini amat praktis karena suhu rendah digunakan untuk mencegah atau menghambat pertumbuhan mikrobia yang merusak susu dan suhu tinggi (pasteurisasi) untuk mengurngi populasi mikrobia, memusnahkan pathogen dan secara umum memperbaiki mutu susu. Berdasarkan pada persyaratan suhu, tipe bakteri yang diujmpai dalam susu ialah psikofilik, mesofilik, termofilik, dan thermodurik karena beberapa bakteri psikofilik tertentu tumbuh pada suhu sedikit di atas suhu beku dan beberapa bakteri thermofilik tumbuh di atas suhu 65 oC (Waluyo,2005).
Bakteri Endofit
Bakteri endofit adalah mikroba yang hidup di dalam
jaringan membentuk koloni dalam jaringan tanaman tanpa membahayakan inangnya.
Setiap tanaman tingkat tinggi dapat mengandung beberapa bakteri endofit yang
mampu menghasilkan senyawa biologi atau metabolit sekunder yang diduga sebagai
akibat koevolusi atau transfergenetik dari tanaman inangnya ke mikroba endofit
(Tan & Zhou, 2001 dalam Radji, 2004).Tipe asosiasi biologis antara mikroba endofit
dengan tanaman inang bervariasi dari netral, komensalisme sampai simbiosis.Pada
situasi ini tanaman merupakan sumber makanan bagi mikroba endofit dalam
melengkapi siklus hidupnya (Volk and Wheeler,1993).
Bakteri
endofit dapat diisolasi dari permukaan jaringan tanaman yang steril atau
diekstraksi dari jaringan tanaman bagian dalam.Secara khusus, bakteri masuk ke
jaringan melalui jaringan yang berkecambah, akar, stomata, maupun jaringan yang
rusak (Zinniel et al., 2002).Bakteri endofit maupun rizobakteri lainnya
merupakan bagian dari mikroflora alamiah dari tanaman yang sehat di lapangan.
Bakteri ini dapat dikatakan sebagai kontributor penting bagi kesehatan tanaman
(Kloepper et al., 1999 dalam Aini & Abadi, 2004). Menurut Hallman et
al., (1999) dalam Aini & Abadi (2004), telah diketahui pula bahwa
bakteri endofit berperan dalam kesehatan tanaman dalam hal: (1) antagonisme
langsung atau penguasaan relung atas patogen, (2) menginduksi ketahanan
sistemik dan (3) meningkatkan toleransi tanaman terhadap tekanan lingkungan.
Karena sifat-sifat tersebut bakteri endofit telah terbukti dapat dimanfaatkan
sebagai pengendali hayati penyakit tanaman bahkan dapat mengurangi serangan
hama tanaman (Volk and Wheeler,1993).
Bakteri Penambat Nitrogen
Kebutuhan bakteri terhadap
unsur N dapat di pengaruhi oleh sumber N yang terdapat dalam berbagai senyawa
organik maupun dari N udara. Peranan nitrogen secara biologis oleh sejumlah
spesies bakteri endofit diazotrof memiliki keunggulan di bandingkan rhizosfer,
karena keberadaanya di dalam jaringan interseluler tanaman yang tidak mudah
hilang, sementara hara nitrogen yang berada di alam sangat bersifat labil,
mudah tercuci air dan erosi, dan mudah nguap ke udara.Selain itu sejumlah
bakteri endofit juga mampu menghasilkan asam indol asetat (AIA) yang merupakan
fitohormon golongan auksin yang berperan dalam memperpanjang sel dan organ
(Suriawirnia,1995).
Beragam jenis bakteri
bertanggung jawab pada penambatan N hayati, mulai dari Sianobakter dan bakteri
fotosintetik pada air tergenang dan permukaan tanah sampai pada bakteri
heterotrofik dalam tanah dan zona akar (Suriawirnia,1995).
Bakteri mampu melakukan
penambatan nitrogen udara maupun simbiosis. Secara umum, fiksasi nitrogen
biologis sebagai bagian dari input nitrogen untuk mendukung pertumbuhan tanaman
telah menurun akibat intensifikasi pemupukan anorganik (Hindersah dan
Simarmata, 2004).Unsur nitrogen termasuk unsur utama dan merupakan faktor
pembatas dalam pertumbuhan, sehingga merupakan kunci keberhasilan pertumbuhan
tanaman (Suriawirnia,2005).
Bakteri
penambat N di daerah perakaran dan bagian jaringan tanaman padi, yaitu Pseudomonas
spp., Enterobacteriaceae, Bacillus, Azotobacter, Azospirillum dan Herbaspirillum
telah terbukti secara nyata menambat N. Bakteri penambat N pada rizosfer
tanaman gramineae, seperti Azotobacterpaspali dan Beijirinckia spp.
merupakan kelompok bakteri aerobik yang mengkolonisasi permukaan akar .Azotobacter
merupakan bakteri penambatan yang mampu menghasilkan substansi zat pemacu
tumbuh giberelin, sitokinin dan asam indol asetat, sehingga pemanfaatannya
dapat memacu pertumbuhan akar (Suriawirnia,2005).
Populasi
Azotobacter dalam tanah dipengaruhi oleh pemupukan dan jenis tanaman.
Kelompok prokariot fotosintetik terbesar dan menyebar secara luas yaitu Sianobacter
(Albecrt, 1998) kemampuannya menambat N2 mempunyai implikasi untuk
meningkatkan kesuburan ekosistem tanah.Pertumbuhan Sianobaktermeningkatkan
pertumbuhan agregat sehingga mempengaruhi filtrasi, aerasi dan suhu tanah.
Keberadaan Sianobakterterhadap kebutuhan N tanaman ditentukan oleh besarnya
biomasa, masa antar dua musim tanaman, laju penambatan N, dan besarnya N tanah
yang tersedia bagi tanaman.Potensi N yang disumbangkan oleh bakteri penambat
nitrogen yang hidup bebas tidak terlalu tinggi, karena nitrogen yang berhasil
ditambat berada diluar jaringan tanaman, sehingga sebagian hilang sebelum di
serap oleh tanaman (Suriawirnia,2005).
2.3 Biofertilizer
Biofertilizer
didefinisikan sebagai produk yang mengandung mikroba hidup atau sel mikroba
yang tersembunyi yang mengaktifkan proses biologis untuk membuat pupuk atau
membentuk unsur yang tidak tersedia menjadi tersedia bagi tanaman. Aktifitas
mikroba ini mempengaruhi ekosistem tanah dan menghasilkan zat tambahan buat
tanaman. Kemampuan tanah untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman merupakan
masalah yang sering dialami pertanaman kelapa sawit, termasuk pada pertanaman
yang belum di hasilkan. Keterbatasan seperti ini akan menjadi faktor pembatas
terhadap ketersediaan unsur hara yang dapat di manfaatkan oleh tanaman seperti
nitrogen. Keterbatasan oleh tanaman dapat menyebabkan sistem pemupukan yang
dilakukan tidak efektif (Lay,1992).
Bagaimanapun,
spesies dan kuantitas unsur hara tanaman bervariasi tergantung pada sumber daya
dan bahan-bahan mentah yang digunakan untuk memproduksi pupuk. Mikroba tersebut
dan sumber nutrien diperoleh dari bahan baku yang digunakan untuk meningkatkan
kesehatan dan unsur hara tanah. Ada macam-macam jenis biofertilizer yang
tersedia tergantung bahan baku yang digunakan, bentuk-bentuk pemanfaatan dan
sumber mikroba (Lay,1992).
Dalam
lingkup terminologi ini, biofertilizer meliputi perumusan mikroba pengikat
nitrogen, mikroba pelarut fosfat dan mikroba selulolitik (Lay,1992).
Jamur
Secara
morfologis jamur dapat ditentukan dengan melihat bentuk srukturnya menggunakan
mikroskop, dengan demikian identifikasi dan klsifikasi dapat ditentukan, secara
fisual jamur dilihat seperti kapas atau benang berwarna, atau tidak berwarna,
yang disebabkan karena adanya miselia dan spora. Miselia terbentuk dengan
adanya hifa, baik yang bersepta atau yang tidak bersepta. Jamur terbagi menjadi
beberapa familia antara lain Moniliaceae (Aspergillus, Phenicillium,
Trichothecium, Geotrichum, Monilia, Sporatrichum, Botrytis, Cephalosporium, Trichoderma,
Schopulariopsis), Dematiaceae (Cladosporium, Helminthosporium, Alternaria,
Stemphylium) dan Tuberculariaceaea (Fusarium) (Kusnadi,2003).
Sifat
kultural dari jamur dapat dilihat dengan kenampakan pertumbuhannya pada
makanan. Pada permukaan bahan makanan tampak kering, membentuk massa serbuk,
kadang-kadang halus dan lunak atau kelihatan basah dan berair. Warna miselia
hijau biru, biru kehijauan, kuning, orange, merah muda, coklat, abu-abu, dan
hitam (Kusnasi,2003).
Adapun
jamur yang penting dalam pembicaraan mikrobiologi adalah klas Phicomycetes,
klas Ascomycetes dan klas Deuteromycetes. Perbedaan yang penting dari klas
Phicomycetes dan klas Ascomycetes adalah bahwa miselium Phicomycetes itu serupa
tabung panjang yang tidak terbagi-bagi, sedang miselium Ascomycetes serupa
tabung panjang yang bersekat-sekat. Miselium dapat bercabang-cabang, satu helai
cabang disebut hifa. (Kusnadi,2003).
Klasifikasi
cendawan terutama didasarkan pada ciri-ciri spora seksual dan tubuh buah yang
ada selama tahap-tahap seksual. Cendawan mampu memanfaatkan berbagai macam
bahan untuk gizinya, sekalipun demikian mereka itu heterotrof. Berbeda dengan
bakteri, mereka tidak dapat menggunakan senyawa karbon anorganik, seperti
misalnya karbondioksida. Karbon berasal dari sumber organik, misalnya glukosa.
Beberapa spesies dapat menggunakan nitrogen, itulah sebabnya mengapa medium
biakan untuk cendawan biasanya berisiskan pepton, suatu produk protein yang
terhidrolisis (Kusnadi,2003).
Septa
atau dinding pemisah .jamur tak bersepta adalah jamur yamg tidak memiliki
dinding inti pemisah atau septa. Hifanya merupakan tabung memanjang berisi inti
yang banyak dan terdispersi ke seluruh sitoplasma, oleh karenanya diberi nama
multiseluler. Jamur bersepta, jamur ini memiliki septa yang membagi hifa
menjadi sel yang terpisah, masing-masing berisi sel inti (Hadioetomo,1993).
Jamur Rhizopus oryzae
merupakan jamur yang sering digunakan dalam pembuatan tempe. Jamur Rhizopus
oryzae aman dikonsumsi karena tidak menghasilkan toksin dan mampu
menghasilkan asam laktat. Jamur Rhizopus oryzae mempunyai kemampuan
mengurai lemak kompleks menjadi trigliserida dan asam amino. Selain itu jamur Rhizopus
oryzae mampu menghasilkan protease. Jamur Rhizopos ini biasanya
tumbuh pada tempe atau oncom sebagai parasit, bentuknya berwarna putih, tidak
mempunyai sekat-sekat, jika tua akan berubah warna menjadi coklat
kekuning-kuningan (Hadioetomo,1993).
Jamur (fungi) banyak kita temukan di
lingkungan sekitar kita. Jamur tumbuh subur terutama di musim hujan karena
jamur menyukai habitat yang lembab. Akan tetapi, jamur juga dapat ditemukan
hampir di semua tempat di mana ada materi organik. Jika lingkungan di
sekitarnya mengering, jamur akan menjalani tahapan istirahat atau meghasilkan
spora. Cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang jamur disebut mikologi.
Kebanyakkan jamur termasuk dalam kelompok kapang. Tubuh vegetatif kapang
berbentuk filamen panjang bercabang yang seperti benang, yang disebut hifa.
Hifa akan memanjang dan menyerap makanan dari permukaan substrat (tempat hidup
jamur). Hifa-hifa membentuk jaring-jaring benang kusut, disebut miselium.
(Hadioetomo,1993).
2.1 Deskripsi Jamur
Istilah jamur berasal dari
bahasa Yunani, yaitu fungus (mushroom) yang berarti tumbuh dengan subur.
Istilah ini selanjutnya ditujukan kepada jamur yang memiliki tubuh buah serta
tumbuh atau muncul di atas tanah atau pepohonan (Hadioetomo,1993).
Organisme yang disebut jamur
bersifat heterotrof, dinding sel spora mengandung kitin, tidak berplastid,
tidak berfotosintesis, tidak bersifat fagotrof, umumnya memiliki hifa yang
berdinding yang dapat berinti banyak (multinukleat), atau berinti
tunggal (mononukleat), dan memperoleh nutrien dengan cara absorpsi
(Kusnadi,2003).
Jamur mempunyai dua karakter
yang sangat mirip dengan tumbuhan yaitu dinding sel yang sedikit keras dan
organ reproduksi yang disebut spora. Dinding sel jamur terdiri atas selulosa
dan kitin sebagai komponen yang dominan. Kitin adalah polimer dari gugus amino
yang lebih memiliki karakteristik seperti tubuh serangga daripada tubuh
tumbuhan. Spora jamur terutama spora yang diproduksi secara seksual berbeda
dari spora tumbuhan tinggi secara penampakan (bentuk) dan metode produksinya
(Kusnadi,2003).
Banyak jamur yang sudah
dikenal peranannya, yaitu jamur yang tumbuh di roti, buah, keju, ragi dalam
pembuatan bir, dan yang merusak tekstil yang lembab, serta beberapa jenis
cendawan yang dibudidayakan. Beberapa jenis memproduksi antibiotik yang
digunakan dalam terapi melawan berbagai infeksi bakteri (Hadioetomo,1993).
Diantara semua organisme,
jamur adalah organisme yang paling banyak menghasilkan enzim yang bersifat
degradatif yang menyerang secara langsung seluruh material oganik. Adanya enzim
yang bersifat degradatif ini menjadikan jamur bagian yang sangat penting dalam
mendaur ulang sampah-sampah alam, dan sebagai dekomposer dalam siklus
biogeokimia (Hadioetomo,1993).
Semua unsur kimia di alam
akan beredar melalui jalur tertentu dari lingkungan ke organisme atau makhluk
hidup dan kembali lagi ke lingkungan. Semua bahan kimia dapat beredar
berulang-ulang melewati ekosistem secara tak terbatas. Jika suatu organisme itu
mati, maka bahan organik yang terdapat pada tubuh organisme tersebut akan
dirombak menjadi komponen abiotik dan dikembalikan lagi ke dalam lingkungan.
Peredaran bahan abiotik dari lingkungan melalui komponen biotik dan kembali
lagi ke lingkungan dikenal sebagai siklus biogeokimia (Kusnadi,2003).
Tubuh buah suatu jenis jamur
dapat berbeda dengan jenis jamur lainnya yang ditunjukkan dengan adanya
perbedaan tudung (pileus), tangkai (stipe), dan lamella (gills)
serta cawan (volva). Adanya perbedaan ukuran, warna, serta bentuk dari
pileus dan stipe merupakan ciri penting dalam melakukan identifikasi suatu
jenis jamur (Kusnadi,2003).
Menurut Kusnadi (2003),
beberapa karakteristik umum dari jamur yaitu: jamur merupakan organisme yang
tidak memiliki klorofil sehingga cara hidupnya sebagai parasit atau saprofit.
Tubuh terdiri dari benang yang bercabang-cabang disebut hifa, kumpulan hifa
disebut miselium, berkembang biak secara aseksual dan seksual.
Secara alamiah jamur dapat
berkembang biak dengan dua cara, yaitu secara aseksual dan seksual. Reproduksi
secara aseksual dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu dengan fragmentasi
miselium, pembelahan (fission) dari sel-sel somatik menjadi sel-sel
anakan. Tunas (budding) dari sel-sel somatik atau spora, tiap tunas
membentuk individu baru, pembentukan spora aseksual, tiap spora akan
berkecambah membentuk hifa yang selanjutnya berkembang menjadi miselium
(Kusnadi,2003).
Reproduksi secara seksual
melibatkan peleburan dua inti sel yang kompatibel. Proses reproduksi secara
seksual terdiri dari tiga fase yaitu plasmogami, kariogami dan meiosis.
Plasmogami merupakan proses penyatuan antara dua protoplasma yang segera
diikuti oleh proses kariogami (persatuan antara dua inti). Fase meiosis
menempati fase terakhir sebelum terbentuk spora. Pada fase tersebut dihasilkan
masing-masing sel dengan kromosom yang bersifat haploid (Kusnadi,2003).
2.2 Klasifikasi Jamur
Mc-Kane (1996) mengatakan
setiap jamur tercakup di dalam salah satu dari kategori taksonomi, dibedakan
atas dasar tipe spora, morfologi hifa dan siklus seksualnya. Kelompok-kelompok
ini adalah : Oomycetes, Zygomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes dan
Deuteromycetes. Terkecuali untuk deuteromycetes, semua jamur menghasilkan spora
seksual yang spesifik. (Kusnadi,2003).
Virus
Ilmu tentang
Virus disebut Virologi. Virus (bahasa latin) = racun. Hampir semua virus dapat
menimbulkan penyakit pada organisme lain. Saat ini virus adalah mahluk yang
berukuran paling kecil. Virus hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron dan
lolos dari saringan bakteri (bakteri filter). (Carter,2007)
SEJARAH PENEMUAN
D. Iwanowsky
(1892) dan M. Beyerinck (1899) adalah ilmuwan yang menemukan virus, sewaktu
keduanya meneliti penyakit mozaik daun tembakau. Kemudian W.M. Stanley (1935)
seorang ilmuwan Amerika berhasil mengkristalkan virus penyebab penyakit mozaik
daun tembakau (virus TVM). (Carter,2007).
STRUKTUR TUBUH
Tubuhnya masih
belum dapat disebut sebagai sel, hanya tersusun dari selubung protein di bagian
luar dan asam nukleat (ARN & ADN) di bagian dalamnya. Berdasarkan asam
nukleat yang terdapat pada virus, kita mengenal virus ADN dan virus ARN. Virus
hanya dapat berkembang biak (bereplikasi) pada medium yang hidup (embrio,
jaringan hewan, jaringan tumbuhan). Bahan-bahan yang diperlukan untuk membentuk
bagian tubuh virus baru, berasal dari sitoplasma sel yang diinfeksi.
(Carter,2007).
BERBAGAI VIRUS YANG
MERUGIKAN
1. Pada Bakteri :
1.1. Bakteriofage.
2. Pada Tumbuhan :
2.1. Virus TMV (Tabacco Mozaik
Virus) penyebab mozaik pada daun tembakau.
2.2. Virus Tungro: penyebab
penyakit kerdil pada padi. Penularan virus ini dengan perantara wereng coklat
dan wereng hijau
2.3. Virus CVPD (Citrus Vein Phloem
Degeneration) menyerang tanaman
jeruk (Cheville,1994)
jeruk (Cheville,1994)
3. Pada Hewan :
3.1. Virus NCD (New Castle
Disease) penyebab penyakit tetelo pada
ayam dan itik. (Cheville,1994).
ayam dan itik. (Cheville,1994).
4. Pada Manusia :
4.1. Virus Hepatitis, penyebab
hepatitis (radang hati), yang paling
berbahaya adalah virus Hepatitis B.
berbahaya adalah virus Hepatitis B.
4.2. Virus Rabies >>
penyebab rabies
4.3. Virus Polio >>
penyebab polio
4.4. Virus Variola dan Varicella
>> penyebab cacar api dan cacar air
4.5. Virus Influenza >>
penyebab influenza
4.6. Virus Dengue >>
penyebab demam berdarah
4.7. Virus HIV >> penyebab
AIDS (Cheville,1994).
Cara pencegahan
penyakit karena virus dilakukan dengan tindakan vaksinasi. Vaksin pertama yang
ditemukan oleh manusia adalah vaksin cacar, ditemukan oleh Edward Jenner
(1789), sedangkan vaksinasi oral ditemukan oleh Jonas Salk (1952) dalam
menanggulangi penyebab polio. Manusia secara alamiah dapat membuat zat anti
virus di dalam tubuhnya, yang disebut Interferon, meskipun demikian manusia
masih dapat sakit karena infeksi virus, karena kecepatan replikasi virus
tidak dapat diimbangi oleh kecepatan sintesis interferon. (Nermut,1987).
Virus adalah berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis.
Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya
dapat bereproduksi di
dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup
karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri.
Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi
tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri
atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genomvirus akan
diekspresikan menjadi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik
maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya. (Nermut,1987).
Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel
yang menginfeksi sel-sel eukariota (organisme
multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah bakteriofage atau fagedigunakan untuk jenis yang menyerang
jenis-jenis sel prokariota (bakteri dan
organisme lain yang tidak berinti sel).
(Carter,2007)
Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia
tidak dapat menjalankan fungsi biologisnya secara bebas jika tidak berada dalam
sel inang. Karena karakteristik khasnya ini virus selalu terasosiasi dengan
penyakit tertentu, baik pada manusia (misalnya virus influenzadan HIV), hewan
(misalnya virus flu burung), atau
tanaman (misalnya virus mosaik tembakau/TMV). (Carter,2007).
Virus adalah organisme subselular yang karena ukurannya sangat kecil,
hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron. Ukurannya lebih kecil
daripada bakteri sehingga
virus tidak dapat disaring dengan penyaring bakteri. Virus terkecil berdiameter
hanya 20 nm (lebih kecil daripada ribosom), sedangkan
virus terbesar sekalipun sukar dilihat dengan mikroskop cahaya.
(Cheville,1994).
Genom virus dapat berupa DNA ataupun RNA.[10] Genom
virus dapat terdiri dari DNA untai ganda, DNA untai tunggal, RNA untai ganda,
atau RNA untai tunggal.[10] Selain
itu, asam nukleat genom virus dapat berbentuk linear tunggal atau sirkuler.[10] Jumlah
gen virus bervariasi dari empat untuk yang terkecil sampai dengan beberapa
ratus untuk yang terbesar.[10][9] Bahan
genetik kebanyakan virus hewan dan manusia berupa DNA, dan pada virus tumbuhan
kebanyakan adalah RNA yang beruntai tunggal. (Cheville,1994).
Bahan genetik virus diselubungi oleh suatu lapisan pelindung.[10] Protein yang
menjadi lapisan pelindung tersebut disebut kapsid.[10]Bergantung
pada tipe virusnya, kapsid bisa berbentuk bulat (sferik), heliks, polihedral,
atau bentuk yang lebih kompleks dan terdiri atas protein yang disandikan
oleh genom virus.[10] Kapsid
terbentuk dari banyak subunit protein yang disebut kapsomer.
(Cheville,1994).
Untuk virus berbentuk heliks, protein kapsid (biasanya disebut protein
nukleokapsid) terikat langsung dengan genom virus.[11] Misalnya,
pada virus campak, setiap protein nukleokapsid terhubung dengan enam basa RNA
membentuk heliks sepanjang sekitar 1,3 mikrometer.[11] Komposisi
kompleks protein dan asam nukleat ini disebut nukleokapsid.[11] Pada
virus campak, nukleokapsid ini diselubungi oleh lapisan lipid yang
didapatkan dari sel inang, dan glikoprotein yang disandikan oleh virus melekat
pada selubung lipid tersebut.[11] Bagian-bagian
ini berfungsi dalam pengikatan pada dan pemasukan ke sel inang pada awal
infeksi. (Nermut,1987).
Kapsid virus sferik menyelubungi genom virus secara keseluruhan dan
tidak terlalu berikatan dengan asam nukleat seperti virus heliks.[12] Struktur
ini bisa bervariasi dari ukuran 20 nanometer hingga 400 nanometer dan terdiri
atas protein virus yang tersusun dalam bentuk simetri ikosahedral.[12] Jumlah
protein yang dibutuhkan untuk membentuk kapsid virus sferik ditentukan dengan
koefisien T, yaitu sekitar 60t protein.[12] Sebagai
contoh, virus hepatitis B memiliki
angka T=4, butuh 240 protein untuk membentuk kapsid.[12] Seperti
virus bentuk heliks, kapsid sebagian jenis virus sferik dapat diselubungi
lapisan lipid, namun biasanya protein kapsid sendiri langsung terlibat dalam
penginfeksian sel. (Nermut,1987).
Beberapa jenis virus memiliki unsur tambahan yang membantunya
menginfeksi inang.Virus pada hewan memiliki selubung virus, yaitu membran
menyelubungi kapsid.[13] Selubung
ini mengandung fosfolipid dan
protein dari sel inang, tetapi juga mengandung protein dan glikoprotein yang berasal dari virus.[13] Selain
protein selubung dan protein kapsid, virus juga membawa beberapa molekul enzim
di dalam kapsidnya. Ada pula beberapa jenis bakteriofag yang
memiliki ekor protein yang melekat pada "kepala" kapsid.
Serabut-serabut ekor tersebut digunakan oleh fag untuk menempel pada suatu
bakteri.[14] Partikel
lengkap virus disebut virion. Virion berfungsi sebagai alat
transportasi gen, sedangkan komponen selubung dan kapsid bertanggung jawab
dalam mekanisme penginfeksian sel inang. (Nermut,1987).
Nematode
Nematoda berasal dari bahasa Yunani, Nema artinya benang. Nematoda
adalah cacing yang bentuknya panjang, silindrik, tidak bersegmen dan
tubuhnya bilateral simetrik, panjang cacing ini mulai dari 2 mm sampai 1
m. Nematoda yang ditemukan pada manusia terdapat dalam organ
usus, jaringan dan sistem peredaran darah, keberadaan cacing ini
menimbulkan manifestasi klinik yang berbeda-beda tergantung pada
spesiesnya dan organ yang dihinggapi. Menurut tempat hidupnya Nematoda
pada manusia digolongkan menjadi dua yaitu Nematoda Usus dan Nematoda
Jaringan/Darah. Spesies Nematoda Usus banyak, tetapi yang ditularkan
melalui tanah ada tiga yaitu: Ascaris lumbricoides, Trichuris
trichiura dan cacing tambang (Onggowaluyo, 2001).
Cara penularan (transmisi) Nematoda
dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung. Mekanisme penularan
berkaitan erat dengan hygiene dan sanitasi lingkungan yang buruk.
Penularan dapat terjadi dengan: menelan telur infektif (telur berisi embrio),
larva (filariorm) menembus kulit, memakan larva dalam kista, dan
perantaraan hewan vektor. Dewasa ini cara penularan Nematoda yang paling
banyak adalah melalui aspek Soil Trasmitted Helminth yaitu penularan
melalui media tanah (Onggowaluyo, 2001).
2.2 Penyebab Cacingan
Di Indonesia masih banyak
anggota masyarakat yang terjangkit penyakit cacingan, hal ini disebabkan karena
kebersihan personal yang sangat kurang, serta sanitasi lingkungan yang masih
buruk. Pengalaman membuktikan bahwa masyarakat yang sedang berkembang sangat
sulit untuk mengembangkan sanitasi lingkungan yang baik terutama di dalam
masyarakat yang mempunyai keadaan sosial-ekonomi rendah, dengan keadaan
seperti: rumah-rumah berhimpitan di daerah kumuh (slum area) di kota-kota besar
yang mempunyai sanitasi lingkungan buruk, khususnya tempat anak-anak balita
tumbuh. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian (Ayu, 2002). di mana ditemukan
83,8% prevalensi infeksi cacing pada pemulung anak.`Di daerah pedesaan anak berdefekasi
dekat rumah dan orang dewasa berdefekasi di pinggir kali, di ladang dan
perkebunan tempat bekerja. (Ayu,2002).
Menurut Harian Sriwijaya
Post (10 Januari 2003) penduduk Palembang yang berdomisili di daerah pinggiran
kali terancam terinfeksi cacingan, di mana di tepian kali tersebut masih banyak
terdapat jamban .helikopter. yaitu jamban yang terbuat dari kayu, bertiang dan terletak di tepi kali, posisi jamban ini menjorok
ke sungai di mana kotoran yang dibuang melalui jamban ini akan hanyut dan
ketika air surut otomatis tinja tertinggal dan merupakan sumber penularan
cacingan. Penggunaan tinja yang mengandung telur untuk pupuk di kebun sayuran
juga merupakan sumber penularan telur cacing. Hasil penelitian Tjitra (2005)
terdapat telur cacing Ascaris lumbricoides (6,16%) dan telur cacing
tambang (36%) pada jenis sayuran terutama kol dan selada, dan juga terdapat
telur Nematoda usus 36,8% pada air dan lumpur yang digunakan untuk
menyiram dan menanam sayuran di Bandung. Pengolahan tanah pertanian/perkebunan
dan pertambangan yang memakai tangan dan kaki telanjang atau tidak ada
pelindung juga merupakan sumber penularan. Data hasil penelitian
(Onggowaluyo,2001) mengemukakan bahwa 80% infeksi kecacingan terjadi karena
kontak dengan tanah melalui kuku yang kotor, makan menggunakan tangan dan
sering lupa mencuci tangan sebelum makan yang semuanya merupakan potensi
tertelannya telur cacing (yang akan menetas di dalam tubuh manusia).
(Onggowaluyo,2001)
2.3 Gejala Cacingan
Kebanyakan penderita
cacingan tidak sadar kalau sedang mengidap penyakit cacingan. Mereka tidak tahu
kalau di perutnya ada cacing. Gejala cacingan muncul jika hospes yang
ditumpangi Nematoda Usus sudah kekurangan gizi karena sebagian makanan
dimakan Nematoda Usus. Semakin banyak Nematoda Usus semakin
banyak makanan yang diambil (Onggowaluyo,2001).
Gejala kurang gizi dapat
beragam yaitu: berat badan turun, wajah pucat, kulit dan rambut kering, keadaan
tubuh lemah, lesu, dan mudah sakit, mungkin selera makan kurang, kulit telapak
tangan tidak merah, mudah lelah, kurang darah dan mungkin jantung
berdebar-debar, sesak nafas dan sering pening. Gejala kurang gizi sendiri
sering diabaikan dan gejala tersebut tidak mendorong penderita untuk berobat.
Penderita tidak merasa ada keluhan untuk berobat, akibatnya banyak penderita
cacingan yang sudah lama mengidap cacingan yang menahun (Ayu,2002).
2.4 Jenis Nematoda Usus yang Ditularkan Melalui
Tanah (Soil Trasmitted
Helminth)
Soil Trasmitted
Helminth adalah cacing golongan Nematoda
yang memerlukan tanah untuk perkembangannya. Di Indonesia golongan cacing
ini yang penting menyebabkan masalah kesehatan masyarakat adalah: Ascaris
lumbricoides, Trichuris trichiura dan cacing tambang (Ayu,2002).
2.4.1 Ascaris lumbricoides (Cacing gelang)
a. Hospes dan Nama Penyakit
Satu-satunya hospes definitive Nematoda ini
adalah manusia. Penyakit yang disebabkan Nematoda ini disebut Ascariasis.
b. Distribusi Geografis
Karena parasit ini terdapat di seluruh dunia, maka
bersifat kosmopolitan. Penyebaran parasit ini terutama berada di daerah tropis
yang tingkat kelembabannya cukup tinggi (Ayu,2002).
c. Morfologi dan Daur Hidup
Cacing betina panjangnya sampai 20 sampai 35 cm,
sedangkan yang jantan panjangnya 15 sampai 31 cm. Pada cacing jantan ujung posteriornya
lancip dan melengkung ke arah ventral dilengkapi pepil kecil dan
dua buah speculum berukuran 2 mm, sedangkan pada cacing betina bagian posteriornya
membulat dan lurus, dan 1/3 anteriornya tubuhnya terdapat cincin
kopulasi, tubuhnya berwarna putih sampai kuning kecoklatan dan diselubungi oleh
lapisan kutikula yang bergaris halus. Telur yang dibuahi besarnya 60 x
45 mikron, telur yang tidak dibuahi besarnya 90 x 45 mikron, telur matang
berisi larva (embrio), menjadi infektif setelah berada di tanah kurang lebih
3 minggu (Ayu,2002).
Telur yang infektif bila
tertelan manusia menetas menjadi larva di usus halus. Larva menembus di dinding
usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limfe kemudian terbawa oleh darah
sampai ke jantung menuju paru-paru. Larva di paru-paru menembus dinding alveolus
masuk ke rongga alveolus dan naik ke trakea, dari trakea larva
menuju faring dan menimbulkan iritasi yang menyebabkan penderita akan
batuk karena adanya rangsangan dari larva ini. Larva di faring tertelan
dan terbawa ke esofagus, terakhir sampai di usus halus dan menjadi
dewasa. Proses mulai dari telur sampai menjadi cacing dewasa membutuhkan waktu
kurang lebih 2 bulan (Onggowaluyo, 2001).
d. Aspek Klinis
Cairan tubuh cacing dewasa dapat menimbulkan reaksi
toksik sehingga terjadi gejala mirip demam tifoid yang disertai alergi seperti urtikaria,
udema di wajah, konjungtivitas, dan iritasi pada alat pernafasan
bagian atas. Apabila jumlahnya banyak cacing dewasa dalam usus dapat
menimbulkan gangguan gizi, kadang-kadang cacing dewasa juga bermigrasi karena
adanya rangsangan, efek dari migrasi ini dapat menimbulkan obstruksi usus,
kemudian masuk ke dalam saluran empedu, saluran pankreas dan
organ-organ lainnya. Migrasi sering juga menyebabkan cacing dewasa keluar
spontan melalui anus, mulut dan hidung (Onggowaluyo, 2001).
Menurut Onggowaluyo (2001)
setiap ekor cacing gelang yang ada di tubuh manusia menghisap 0,04 gram
karbohidrat setiap harinya dan bila jumlah cacing ini terlalu banyak maka dapat
menyumbat usus dan saluran empedu.
e.diagnosis
Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan telur dan
cacing dewasa dalam tinja. Telur cacing ini dapat ditemukan dengan mudah pada
sediaan basah langsung atau sediaan basah dari sedimen yang sudah
dikonsentrasikan. Cacin dewasa dapat ditemukan dengan pemberian antelmintik
atau keluar dengan sendirinya melalui mulut karena muntah atau melalui anus
bersama tinja (Ayu,2002).
f. Pencegahan
Karena penularan Ascariasis terutama tergantung
dari kontaminasi tanah dengan tinja, penggunaan sanitasi yang baik merupakan
tindakan pencegahan yang terpenting. Belum ada cara yang praktis untuk membunuh
telur cacing yang terdapat di tanah liat dan lingkungan yang sesuai (Ayu,2002).
2.4.2 Trichuris trichiura
a. Hospes dan Nama Penyakit
Hospes definitive cacing ini adalah manusia dan
penyakit yang disebabkannya disebut Trikuriasis.
b. Distribusi Geografis
Cacing ini tersebar luas di daerah beriklim tropis
yang lembab dan panas, namun dapat juga ditemukan di seluruh dunia
(kosmopolit), termasuk di Indonesia (Hart, 1997).
c. Morfologi dan Daur Hidup
Cacing dewasa betina panjangnya 35 sampai 50 mm,
sedangkan cacing dewasa jantan penjangnya 30 sampai 45 mm. Telurnya berukuran
50 sampai 54 x 32 mikron. Bentuknya seperti tempayan (tong) dan kedua ujungnya
dilengkapi dengan tutup (operkulum) dari bahan mucus yang jernih. Kulit
luar telur berwarna kuning tengguli dan bagian dalam jernih. Telur yang sudah
dibuahi dalam waktu 3 sampai 6 minggu akan menjadi matang, manusia akan
terinfeksi cacing ini apabila menelan telur matang, di dalam usus halus telur ini
akan menjadi dewasa dan berkumpul di kolon terutama di daerah seklum. Proses
dari telur sampai menjadi cacing dewasa memerlukan waktu kurang lebih 1 sampai
3 bulan (Onggowaluyo,2001).
d. Aspek Klinis
Infeksi berat terjadi terutama pada anak-anak, cacing ini
tersebar di seluruh kolon dan rektum, cacing ini menyebabkan
pendarahan di tempat perlekatannya dan dapat menimbulkan anemia. Pada
anak-anak infeksi terjadi menahun dan berat (hiperinfeksi), gejala-gejala yang
terjadi adalah diare yang disertai sindrom, anemia, prolapsus
rektal dan berat badan menurun (Onggowaluyo, 2001). Anemia ini
terjadi karena penderita mengalami malnutrisi dan kehilangan darah
akibat cacing menghisap darah dan kolon yang rapuh.
e. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dengan menemukan telur
dalam tinja atau menemukan cacing dewasa pada penderita prolapsusrekti (pada
anak).
f. Pencegahan
Infeksi yang disebabkan oleh Trichuris trichiura dapat
dicegah dengan pengobatan, pembuatan jamban yang sehat dan penyuluhan tentang hygiene
dan sanitasi kepada masyarakat (Onggowaluyo, 2001).
2.4.3 Cacing Tambang (Hookworm)
Terdapat dua spesies yaitu: Necator americanus (new
world Hookworm) dan Ancylostoma duodenale (old world Hookworm).
a. Hospes dan Nama Penyakit
Hospes definitive kedua cacing ini adalah
manusia. Tempat hidupnya dalam usus halus, terutama jejunum dan duodenum.
Penyakit yang disebabkan disebut Nekatoriasis dan Ankilostomiasis.
b. distribusi geografis
Kedua parasit ini tersebar di seluruh dunia
(kosmopolit), penyebaran yang paling banyak di daerah tropis dan sub tropis.
Lingkungan yang paling cocok adalah habitat dengan suhu kelembaban yang tinggi,
terutama daerah perkebunan dan pertambangan (Onggowaluyo, 2001).
c. Morfologi dan Daur Hidup
Ukuran cacing betina 9 . 13 mm dan cacing jantan 5 . 19
mm. Bentuk Necator americanus seperti huruf S, mulut dilengkapi gigi kittin,
dengan waktu 1 . 15 hari telur telah menetas dan mengeluarkan larva rabditiform
yang panjangnya kurang lebih 250 mikron. Selanjutnya dalam waktu kirakira 3
hari, satu larva rabditiform berkembang menjadi larva filariform (bentuk
infektif) yang panjangnya kira-kira 500 mikron. Infeksi pada manusia terjadi
apabila larva filariform menembus kulit atau tertelan (Ayu,2002).
Daur hidup kedua cacing tambang ini dimulai dari larva
filariform menembus kulit manusia kemudian masuk ke kapiler darah dan
berturut - turut menuju jantung kanan, paru-paru, bronkus, trakea,
laring dan terakhir dalam usus halus sampai menjadi dewasa
(Ayu,2002).
d. Aspek Klinis
Gejala permulaan yang timbul setelah larva menembus
kulit adalah timbulnya rasa gatal-gatal biasa. Apabila larva menembus kulit
dalam jumlah yang banyak, rasa gatal-gatal semakin hebat dan kemungkinan terjadi
infeksi sekunder. Apabila larva mengadakan migrasi ke paru maka dapat
menyebabkan pneumonitis yang tingkat gejalanya tergantung pada jumlah
larva (Ayu,2002).
e. Pencegahan
Ayu (2002) mengemukakan hal-hal yang perlu dibiasakan
agar terhindar dari penyakit cacingan adalah sebagai berikut: membiasakan buang
air besar di WC atau kakus dan menjaga WC atau kakus tetap bersih, membiasakan
mencuci tangan dengan air memakai sabun setelah buang air besar, setelah
bekerja dan sebelum makan. Data hasil penelitian (Ayu, 2002) mengemukakan bahwa
80% infeksi kecacingan terjadi karena kontak dengan tanah melalui kuku yang
kotor, makan menggunakan tangan tanpa menggunakan sendok dan sering lupa mencuci
tangan sebelum makan yang semuanya merupakan potensi tertelannya telur cacing
(yang akan menetas di dalam tubuh manusia), pencegahan dapat dilakukan dengan
cara mencuci makanan, buah dan sayuran yang akan dimakan dengan memakai air
bersih, memakan daging yang dimasak dengan matang, memakai sepatu atau sandal,
minum air yang bersih, memberi pengobatan dengan obat antelmintik yang efektif,
terutama golongan rawan, memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai sanitasi
lingkungan yang baik dan cara menghindari infeksi cacing-cacing ini (Ayu,2002).
Protozoa
Protozoa
adalah hewan-hewan bersel tunggal. Hewan-hewan itu mempunyai struktur yang
lebih mejemuk dari sel tunggal hewan multiseluler dan walaupun hanya terdiri
dari satu sel, namun protoza merupakan organisme sempurna. Karena sifat
struktur yang demikian itu, maka berbagai ahli dalam zoology menamakan protozoa
itu aseluler tetapi keseluruhan organisme dibungkus oleh satu plasma membran
(Brotowijoyo, 1986. hal: 60).
Protozoa
adalah mikroorganisme menyerupai hewan yang merupakan salah satu phylum dari
kingdom protista. Seluruh kegiatan hidupnya dilakukan oleh sel itu sendiri dalam
menggunakan organel-organel antara lain membran plasma, sitoplasma, dan
mitokondria (http://e-dukasi.net).
Protozoa
adalah mikroorganisme menyerupai hewan yang merupakan salah satu filum dari
kingdom protista. Seluruh kegiatan hidupnya dilakukan oleh sel itu sendiri
dengan menggunakan organel-organel antara lain Membrane
plasma,Sitoplasma,Mitikondria. Protozoa berasal dari kata protos berarti
pertama dan zoa = zoo berarti hewan, jadi protozoa adalah binatang yang pertama
kali ada (Soemiadji, 1986 hal: 32).
Diantara
jenisnya ada yang hidup bebas di alam dan ada pula yang hidup sebagai parasit
pada hewan atau manusia. Jenis yang hidup bebas banyak terdapat di tempat yang
becek, genangan air dan kolam, tidak terbatas di air tawar tetapi juga di air
asin (Soemiadji, 1986hal:32).
Filum
protozoa merupakan hewan yang tubuhnya terdiri atas satu sel. Nama protozoa
berasal dari bahasa latin yang berarti “hewan yang pertama” (proto = awal, zoon
= hewan ). Hewan filum ini hidup di daerah yang lembab atau berair, misal : di
air tawar, air laut, air payau, dan tanah, bahkan di dalam tubuh orgnisme lain.
Protozoa ada yang hidup bebas, komensal maupun parasit pada hewan lain. Hewan
ini ada yang secara individu (soliter) dan ada pula yang membentuk koloni
(Soemiadji,1986 hal: 20).
Sampai sekarang
hewan-hewan yang termasuk dalam organisasi tingkat protoplasma ini, tergabung
dalam Philum : Protozoa (protos = pertama, awal : zoon = hewan). Sering juga
disebut bahwa protozoa ini adalah hewan unicellular, sedang parazoa atau
Metazoa adalah multicelluler . hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa tubuh
satu organisme protozoa dapat disamakan dengan 1 cel parazoa atau metazoa.
(Brotowijoyo,1986).
Paramecium
caudatum adalah kelompok protozoa yang sering dijumpai di periran air tawar,
misalnya sawah, kolam dan air yang mengenang. Bentuknya menyerupai sandal,
bagian anterior tumpul dan yang posterior meruncing. Permukaan tubuhnya agak
lentur namun bentuk tubuhnya sudah tetap dan bagian ini disebut pellicle.
Seluruh permukaan tubuhnya ditumbuhi rambut getar yang disebut cillia,
berfungsi sebagai alat gerak. Didaerah pertengahan tubuhnya terdapat bentuk
lekukan yang ujungnya diakhiri degan bentuk kantung, ini disebut gulet. Bentuk
kantung bila terlepas dari gulet akan menjadi vakuola makanan. Sitoplasma
dibedakan menjadi dua yaitu bagian luar adalah ektoplasma dan bagian dalam
disebut endoplasma. Dibagian ektoplasma terdapat bentukan menyerupai akar yang
disebut trikosit. Fungi trikosit untuk melindungi diri dari terhadap serangan
lawan dan juga untuk menambatkan diri pada hewan lain waktu mengambil makanan.
Paramaecium caudatum mempunya dua inti, yaitu mikronukleus dan dan
makronukleus. Fungsi makronukleus untuk mengatur proses metabolisme, sedangkan
mikronukleus untuk perkembangbiakan. Setiap sel paramaecium caudatum mempunyai
dua vakuola berdenyut, bentuk dan letaknya berbeda dengan vakuola yang dimiliki
Amoeba proteus, tetapi fungsinya sama yaitu untuk eliminasi dan mengeluarkan
air dari sitoplasma (Soemadji, 1986 hal: 308).
Merupakan
filum hewan bersel satu yang dapat melakukan reproduksi seksual (generatif)
maupun aseksual (vegetatif).Habitat hidupnya adalah tempat yang basah atau
berair. Jika kondisi lingkungan tempat hidupnya tidak menguntungkanmaka protozoa
akan membentuk membran tebal dan kuat yang disebut Kista. Ilmuwan yang pertama
kali mempelajariprotozoa adalah Anthony van Leeuwenhoek.
(Brotowijoyo,1986).
KLASIFIKASI PROTOZOA
Protozoa
adalah protista mirip hewan (protozoa = hewan pertama (Yunani)). Awalnya
protozoa disebut hewan bersel satu, tetapi karena terdapat beberapa ciri yang
berbeda dengan hewan maka digolongkan ke dalam kingdom protista. Tubuh protozoa
terdiri atas satu sel yang berukuran mikroskopis (antara 3-300 mikron), tidak
mempunyai dinding sel, dan pada keadaan kurang menguntungkan ada yang dapat
membentuk kista. (http://blog.unila.ac.id/wasetiawan)
Protozoa
dapat dijumpai di parit, sawah, sungai, bendungan, air laut, bahkan ada yang
hidup dalam makhluk hidup lain. Protozoa berkembang biak dengan dua cara, yaitu
secara aseksual dengan membelah diri atau membentuk spora, dan secara seksual
dengan konjugasi. (http://blog.unila.ac.id/wasetiawan).
Berdasarkan alat geraknya, protozoa
dikelompokkan menjadi empat filum yaitu sebagai berikut:
1. Filum Rhizopoda (Sarcodina)
Ciri-ciri Rhizopoda sebagai berikut:
-
Tidak memiliki bentuk yang tetap.
-
Bergerak dan menangkap makanannya dengan kaki semu
(pseudopodia) yang merupakan penjuluran sitoplasma tubuhnya. Rhizopoda bergerak
dengan menjulurkan kaki semunya untuk berpindah tempat.
-
Ada yang hidup bebas di alam dan ada yang parasit.
-
Makanannya berupa bakteri atau bahan organik lain.
-
Berkembang biak dengan membelah diri.
Contoh
anggota Rhizopoda adalah Amoeba sp., Foraminifera yang
digunakan sebagai petunjuk dalam penyelidikan tanah yang mengandung minyak
bumi, dan Radiolaria yang membentuk
tanah radiolaria yang bermanfaat sebagai alat penggosok. (http://blog.unila.ac.id/wasetiawan).
2. Filum Fagellata (Mastigophora)
Filum
Flagellata memiliki ciri khas yaitu memiliki alat gerak berupa bulu cambuk (flagela) yang berstruktur mirip cambuk yang panjang.
Bulu cambuk ini digunakan dengan mencambukkan bulu cambuk ke arah yang
diinginkan dan menggunakannya untuk memindahkan dirinya sendiri.
Contoh
Flagellata adalah Trypanosoma sp. yang hidup secara
parasit dalam darah manusia dan vertebrata lainnya, berkembang biak dengan
membelah diri, dan menyebabkan penyakit tidur pada manusia. Penyakit ini
ditularkan melalui gigitan lalat tse-tse.(http://blog.unila.ac.id/wasetiawan).
3. Filum Ciliata (Cilliophora)
Ciliata
bergerak dengan bulu getar (silia) yang selalu
bergetar untuk mendorong tubuhnya ke arah yang diinginkan seperti gerakan
mendayung perahu. Selain itu, silia bisa digunakan untuk mengambil
makanan.Ciliata berkembang biak secara vegetatif (aseksual) dengan membelah
diri dan secara generatif (seksual) dengan cara konjugasi. (http://blog.unila.ac.id/wasetiawan).
Contoh
Ciliata adalah Paramaecium sp. Paramaecium disebut juga hewan sandal, karena
bentuknya menyerupai telapak sandal.terdapat mulut sel pada permukaan membrane
sel yang melekuk. Air dan makanan masuk ke mulut sel dengan getaran silia.
Makanan yang masuk ke mulut sel lalu masuk ke kerongkongan sel, lalu ke vakuola
makanan. Vakuola makanan beredar dalam sel sambil mencerna makanan. Sisa
makanan berbentuk cair dikeluarkan melalui vakuola berdenyut/vakuola
kontraktil, sementara sisa makanan berbentuk padat dikeluarkan melalui vakuola
makanan yang pecah saat menepi ke membran sel.
Contoh
Ciliata yang lain adalah Vorticella dan Stentor.
4. Filum Sporozoa
Filum ini
berbeda dengan filum sebelumnya—anggota filum ini tidak mempunyai alat gerak.
Disebut Sporozoa karena dalam tahap tertentu dalam hidupnya, dapat membentuk
sejenis spora. Biasanya hidup sebagai parasit pada tubuh hewan maupun manusia.
Contoh anggota Sporozoa adalah Plasmodium sp.,
penyebab penyakit malaria. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles sp. (http://blog.unila.ac.id/wasetiawan).
Algae
Alga merupakan tumbuhan talus yaitu
tumbuhan yang struktur organ tubuhnya belum dapat dibedakan dengan jelas.
Tubuhnya memiliki sel tunggal dan juga sel banyak, yang berpigmen dan
berklorofil. Umumnya tumbuhan ganggang hidup di tempat yang lembab, baik di air
tawar maupun air laut. Semua alga mengandung klorofil tetapi ada pigmen lain
yang ,menyusun yang terkandung dalam plastida. (Karman,2007).
Ada dua macam plastida pada alga (kecuali Cyanophyta)
a. Kloroplas : mengandung klorofil dan dapat juga
terkandung pigmen lain yaitu xantofil dan karotin.
b. Kromoplas (kromatofor ) pembawa zat warna lain dari
krorofil seperti pigmen xantofil dan karotin.
Dengan demikian alga dapat berfotosintesis. Ganggang
berkembang biak dengan cara vegetatif dan generative (http://smart-pustaka.blogspot.com/2011/03/).
Klasifikasi Alga- Oleh para
ahli Biologi, alga dikelompokkan
berdasarkan pigmen dominan yang dikandungnya. Pigmen yang terdapat pada alga adalah
klorofil, karoten, fikoeritrin, fukosantin, dan fikosianin. Algadikelompokkan
menjadi tujuh phylum, yakni Euglenophyta, Dinoflagelata, Chlorophyta,
Chrysophyta, Bacillariophyta, Phaeophyta, dan Rhodophyta. Untuk lebih jelasnya
pelajarilah uraian berikut.
1) Euglenophyta (Euglenoid)
Phylum Euglenophyta memiliki anggota sekitar 800 spesies. Salah satu anggota phylum Euglenophyta adalah Euglena viridis. Beberapa spesies Euglenophyta memiliki kloroplas dan dapat melakukan fotosintesis seperti halnya tumbuhan, beberapa spesies tidak memiliki kloroplas dan hidup secara heterotrof. Euglenophyta yang dapat berfotosintesis mengandung klorofil a, b, karoten, dan terkadang pigmen antofil. Makanan cadangan hasil fotosintesis disimpan dalam bentuk polisakarida yang disebut paramilon. (Banyu,2010).
Phylum Euglenophyta memiliki anggota sekitar 800 spesies. Salah satu anggota phylum Euglenophyta adalah Euglena viridis. Beberapa spesies Euglenophyta memiliki kloroplas dan dapat melakukan fotosintesis seperti halnya tumbuhan, beberapa spesies tidak memiliki kloroplas dan hidup secara heterotrof. Euglenophyta yang dapat berfotosintesis mengandung klorofil a, b, karoten, dan terkadang pigmen antofil. Makanan cadangan hasil fotosintesis disimpan dalam bentuk polisakarida yang disebut paramilon. (Banyu,2010).
Euglenophyta umumnya hidup di air
tawar, seperti kolam atau danau dan memiliki flagel yang berfungsi sebagai alat
gerak di air. Bintik mata berfungsi sebagai penerima cahaya dan memungkinkan
Euglena bergerak menuju intensitas cahaya lebih tinggi sehingga meningkatkan
fotosintesis. Euglena tidak memiliki dinding sel, namun memiliki pembungkus
tubuh yang kuat dan lentur terbuat dari protein di atas membran plasmanya,
disebut pelikel. Vakuola kontraktil berfungsi sebagai pompa yang mengeluarkan
kelebihan air pada tubuh. (Banyu,2010).
Dari sekian banyak spesies Dinoflagellata yang diketahui,
umumnya merupakan organisme uniselular, namun terdapat beberapa yang membentuk
koloni. Phylum Dinoflagellata memiliki anggota sekitar 1.100 spesies. Setiap
spesies Dinoflagellata memiliki bentuk tubuh berbedabeda yang terbuat dari
dinding internal selulosa. Pergerakan dua flagela pada tubuhnya menghasilkan
gerakan berputar sehingga organisme ini disebut Dinoflagellata. Dalam bahasa
Yunani, dinos artinya berputar. Dinoflagellata umumnya hidup di laut. Beberapa
melakukan simbiosis mutualisme dengan hewan Cnidaria. Dinoflagellata lain tidak
memiliki kloroplas dan hidup parasit pada hewan laut. Bahkan ada yang bersifat
karnivor. Ledakan populasi Dinoflagellata menyebabkan gelombang merah (red
tide). Populasi ini berwarna merah kecokelatan. Ketika kerang atau remis
mengonsumsi alga ini, mereka akan mengumpulkan racun yang dihasilkan oleh
Dinoflagellata. Meski racun tersebut tidak menyebabkan kematian pada Mollusca
tersebut, namun racun berbahaya bagi ikan, penyu, dan manusia yang mengonsumsi
Mollusca. Dinoflagellata dibedakan karena memiliki permukaan tubuh dari
lempengan selulosa dan dua flagela. Umumnya berwarna kekuningan hingga cokelat
keemasan. Beberapa Dinoflagellata lain, seperti Gymnodinium, mengandung pigmen
merah dan kadang menyebabkan gelombang merah yang meracuni beberapa hewan. (Banyu,2010).
Phylum
Chlorophyta memiliki anggota sekitar 7.000 spesies. Chlorophyta disebut juga
alga hijau. Disebut alga hijau karena pigmen dominan yang dikandungnya berwarna
hijau. Pigmen berwarna hijau tersebut adalah klorofil. Klorofil dalam alga
hijau terkumpul dalam suatu organel sel yang disebut kloroplas. Pada anggota
phylum Chlorophyta, bentuk dari kloroplasnya bermacam-macam. Kloroplas ini ada
yang berbentuk mangkok contohnya Chlorella; berbentuk spiral contohnya
Spirogyra; dan berbentuk bintang contohnya ygnema. Berikut ini akan dijelaskan
beberapa contoh spesies dari phylum Chlorophyta. (Banyu,2010).
a) Chlorella
Chlorella adalah alga hijau uniselular yang memiliki bentuk bulat seperti bola. Kloroplasnya berbentuk mangkuk. Habitat hidupnya terdapat di perairan tawar, laut serta tempat-tempat yang basah. Chlorella berkembang biak secara aseksual melalui pembelahan diri. Dalam pemanfaatannya, Chlorella dapat dijadikan sumber makanan baru.
Chlorella adalah alga hijau uniselular yang memiliki bentuk bulat seperti bola. Kloroplasnya berbentuk mangkuk. Habitat hidupnya terdapat di perairan tawar, laut serta tempat-tempat yang basah. Chlorella berkembang biak secara aseksual melalui pembelahan diri. Dalam pemanfaatannya, Chlorella dapat dijadikan sumber makanan baru.
b)Spirogyra
Spirogyra memiliki habitat di perairan tawar. Spirogyra memiliki bentuk kloroplas menyerupai pita dan berukuran besar. Hal tersebutlah yang memudahkan kita untuk mengenali spesies ini. Reproduksi pada Spirogyra berlangsung secara aseksual, yaitu dengan cara fragmentasi. Adapun secara seksual terjadi melalui konjugasi.
Spirogyra memiliki habitat di perairan tawar. Spirogyra memiliki bentuk kloroplas menyerupai pita dan berukuran besar. Hal tersebutlah yang memudahkan kita untuk mengenali spesies ini. Reproduksi pada Spirogyra berlangsung secara aseksual, yaitu dengan cara fragmentasi. Adapun secara seksual terjadi melalui konjugasi.
c) Ulva
Ulvva sering disebut selada laut karena morfologinya yang mirip selada. Ulva hidup di lautan dan sebagian hidup di air payau. Ulva pun dapat hidup di perairan yang terkena polusi bahan organik, misalnya perairan yang terpolusi oleh tinja. Ulva menempel pada dasar perairan. Tubuh talusnya berbentuk lembaran tipis melebar dan lebarnya dapat mencapai satu meter. Talus Ulva terdapat dua macam, yaitu talus haploid dan talus diploid. Secara morfologi, kedua macam talus ini berbentuk sama sehingga bersifat isomorfisme.
Ulvva sering disebut selada laut karena morfologinya yang mirip selada. Ulva hidup di lautan dan sebagian hidup di air payau. Ulva pun dapat hidup di perairan yang terkena polusi bahan organik, misalnya perairan yang terpolusi oleh tinja. Ulva menempel pada dasar perairan. Tubuh talusnya berbentuk lembaran tipis melebar dan lebarnya dapat mencapai satu meter. Talus Ulva terdapat dua macam, yaitu talus haploid dan talus diploid. Secara morfologi, kedua macam talus ini berbentuk sama sehingga bersifat isomorfisme.
Perkembangbiakan Ulva dapat dilakukan secara aseksual maupun
seksual. Perkembangbiakan secara aseksual, dengan membentuk zoospora yang
memiliki flagela empat buah. Adapun secara seksual, telur ulva yang haploid
akan menghasilkan gamet jantan dan gamet betina, berflagela dua yang berbentuk
sama (isogamet). Gamet jantan tersebut akan membuahi gamet betina yang nantinya
akan terbentuk zigot . (Karman,2007).
Phylum ini
memiliki jumlah sekitar 850 spesies. Chrysophyta disebut juga alga keemasan.
Sesuai dengan namanya, alga ini memiliki warna kuning keemasan. Pigmen yang
dominan pada alga ini adalah pigmen karoten. Selain pigmen tersebut,
Chrysophyta memiliki pigmen lain di dalam tubuhnya, yaitu klorofil dan
fukosantin. Habitat dari alga ini adalah di perairan tawar dan laut. Spesies
ini ada yang uniselular dan ada pula yang multiselular. (karman,2007).
Perkembangbiakan
Chrysophyta yang uniselular dan multiselular terjadi secara aseksual dan
seksual. Reproduksi aseksual pada Chrysophyta multiseluler dilakukan dengan
spora dan pada Chrysophyta uniseluler dilakukan dengan pembelahan biner dan
pembentukan spora. Reproduksi seksual dilakukan dengan peleburan gamet. Makanan
cadangan alga ini berupa laminarin. Alga keemasan yang uniseluler merupakan
komponen fitoplankton. Contoh anggota Chrysophyta adalah Vaucheria, Synura, dan
Mischococcus. (Karman,2007).
3. Bacillariophyta (Diatom)
Phylum ini memiliki anggota yang
paling banyak, yaitu sekitar 10.000 spesies. Diatom termasuk alga uniselular
dan merupakan penyusun fitoplankton, baik di perairan tawar maupun di lautan.
Bentuk Diatom sangat khas (Gambar 3.21) dengan dinding tubuhnya yang terdiri
atas kotak (hipoteka) dan tutup (epiteka). Antara kotak dan tutup tersebut
terdapat celah yang disebut rafe. Dinding selnya mengandung pektin dan silikat.
Apabila mati, cangkangnya akan bertumpuk membentuk tanah diatom. Tanah ini
bernilai ekonomis tinggi karena dapat digunakan sebagai bahan penggosok,
penyuling gasolin, bahan pembuatan jalan, sampai bahan dinamit. Diatom sering
tampak bergerak maju mundur dan berputar.
Perkembangbiakan
Diatom dapat dilakukan secara aseksual maupun seksual. Secara aseksual, Diatom
akan membelah diri dengan cara melepaskan kotak dari tutupnya. Baik tutup
maupun kotak tersebut akan membentuk kotak di bagian dalamnya. Dengan kata
lain, baik tutup maupun kotak akan menjadi tutup. Keadaan demikian akan
berlangsung terus-menerus sampai ukurannya minimum. (Karman,2007).
4. Phaeophyta (Alga Cokelat)
Phylum Phaeophyta adalah alga yang
memiliki anggota cukup banyak, yaitu sekitar 1.500 spesies. Hampir semua
anggotanya adalah multiseluler dan sebagian besar habitatnya di laut. Hanya
beberapa jenis saja yang hidup di perairan tawar. Pigmen yang paling dominan
pada Phaeophyta adalah fukosantin atau warna cokelat. Struktur tubuh Phaeophyta
mirip dengan tumbuhan tinggi karena terdapat struktur yang menyerupai akar,
batang, dan daun.
Perkembangbiakan
Phaeophyta dapat terjadi secara aseksual dan seksual. Secara aseksual,
Phaeophyta berkembang biak dengan membentuk zoospora. Untuk perkembangbiakan
secara seksualnya, Phaeophyta menghasilkan gamet jantan dan gamet betina.
Contoh dari alga cokelat adalah Sargassum, ucus, dan Turbinaria. (Karman,2007).
5. Rhodophyta (Alga Merah)
Rhodophyta atau alga merah merupakan
phylum yang memiliki pigmen dominan fikoeritrin atau merah. Phylum ini memiliki
anggota yang banyak, yaitu sekitar 4.000 spesies. Rhodophyta habitatnya
sebagian besar di laut. Akan tetapi, ada pula yang hidup di perairan tawar.
Perkembangbiakan Rhodophyta terjadi secara aseksual dan
seksual. Secara aseksual, Rhodophyta membentuk tetraspora yang akan menjadi
gamet membentuk gamet jantan dan gamet betina. Adapun secara seksual, yaitu
dengan jantan dan gamet betina. Gamet jantannya tidak memiliki flagela dan
disebut spermatium. Adapun gamet betinanya berflagela, dan disebut karpogonium.
Contoh spesies dari phylum Rhodophyta adalah Corallina, Eucheuma, dan Gelidium.
(Karman,2007).
III.
BAHAN
DAN METODA
3.1.Cara – Cara
Membersihkan Alat
3.1.1.
Judul dan tujuan : judul praktikum ini adalah cara – cara membersihkan alat –
alat gelas dan tujuannya untuk Memahami berbagai macam cara /prosedur
membersihkan alat-alat gelas.
3.1.2.
Cara kerja :
a. Alat
gelas yang masih baru
Masukkan
alat- alat gelas (tabung reaksi,pethridish,erlemenyer)Yang masih baru ke dalam
larutan Na3PO4 sampai mendidih beberapa saat.Cuci hingga bersih dan rendam
dalam HCL 1% selama 24 jam untuk melarutkan lapisan fosfat.cuci lagi dengan air
dan bersihkan dengan aquades lalu keringkan dalam oven.
b. Alat-Alat
gelas yang sudah dipakai:
Sterilkan
semua alat yang sudah dipakai dalam autoclav pada tekanan 15 lbs(2 atm Dan
tempereratur 121C).rendam dengan Na3PO4selama beberapa menit.setelah agak
dingin disikat sampai bersih dan cuci dengan air,kemudian di rendam dalam
larutan HCL 1%.cuci lagi dengan air dan aquades,keringkan dalam oven.
c. Pipet
yang masih baru :
Masukkan
pipet kedalam larutan Na3PO4 1% selama 10 menit,cuci dengan air bersih dan
aquades.keringkan dengan oven.
d. Pipet
yang sudah dipakai :
Pipet
yang sudah dipakai untuk mengambil
mikroba harus didisenfeksi dengan larutan fenol 5% atau disenfektan
lain.kemudian keringkan keringkan.renda dalam larutan NaPO4 1% selama
10menit,cuci dengan air aquades dan keringkan.rendam dalam larutan HCL 1% untuk
melarutkan vosfat pada gelas selama 24 jam,kemudian cuci dengan air dan
bersihkan dengan aquades dan keringkan dengan oven.
e. Objek
glass yang masih baru
Rendam
objek glass dalam larutan alkohol asam(HCL3%) selama beberapa jam.cuci dengan
air dan bersihkan dengan aquades.keringkan dengan menggosok dengan kain
halus,jangan sampai terjadipengotoran lemak darin tangan,jadi pegang pada
tepinya saja,simpan dalam tutupataupetridish sebaelum dipakai.
f. Cover
glass yang masih baru
Masukkan
cover glass satu persatu kedalam larutan alkohol asam dancuci satu persatu
dengan air bersih.keringkan dan simpan dalam tempat tertutup atau dalam
petridids.
g. Objek
glass dan cover glass yang sudah dipakai
Rendam
dalam NaPO4 1% selama 15 menit,cuci dengan air dan rendam dalam larutan HCL 1%.
3.2. Pembuatan Media
Kultur Mikroorganisme
3.2.1. judul
dan Tujuan
Praktikum
dengan judul Media Pertumbuhan ini bertujuan agar mahasiswa dapat membuat media
pertumbuhan Nutrient Agar dan Potato Dextrose Agar.
3.2.2. Alat
dan Bahan
Pembuatan
Potato Dextrose Agar Aquadest 1 liter, Kentang 200 gr, Dextrose 20 gr, Agar
2 sachet, Kompor elektrik, Gelas piala besar dan pengaduk, juga antibiotic
Pembuatan
Nutrient Agar Yeast ekstrak/ Beef
Ekstrak, Pepton 5 gr, Agar 15 gr, Aquadest 1 liter, Kompor elektrik dan Gelas
piala dan pengaduk
3.2.3. Cara
kerja
Pembuatan
Potato Dextrose Agar Kentang dikupas, lalu dipotong balok ukuran 1
x 1 cm, Kentang lalu direbus dengan aquadest sebanyak 1 liter, Lalu kentang
disaring, Lalu dimasak kembali dan dicampur agar perlahan sambil diaduk hingga
mendidih, Jika diperlukan dapat ditambahkan antibiotic untuk mengambat
pertumbuhan bakteri pada media tersebut. Dan dimasukkan pengaduk supaya agar
dan pati kentang itu bercampur secara merata setelah itu dimasukkan ke botol
hingga dingin dan padat.
Pembuatan
Nutrient Agar Masukkan air kedalam
wadah lalu dimasak, Lalu masukkan agar, Lau ditambahkan pepton dan yeast
ekstrak/beef ekstrak, Aduk perlahan sampai mendidih. Kemudian dimasukkan ke
dalam botol kemudian didinginkan.
3.3.Isolasi jamur
3.3.1.
Judul dan Tujuan
Pratikum
dengan judul Pembiakan Murni Jamur ini bertujuan untuk merangsang perkebangan
jamur pada jaringan/ inangnya.
3.3.2. Alat
dan Bahan
Alat
dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Aquadest, Alkohol 70%,
Cawan petri plastic, Pinset, Pisau pemotong/gunting dan Kertas saring
3.3.3. Cara kerja
Cara
kerja pada praktikum ini yaitu, bersihkan daun atau bagian tanaman yang yang
terinfeksi jamur rendam dalam aquadest lalu paandahkan rendam ke alkohol 70%
selama setengah menit lalu rendam kembali di aquadest, Lalu dikeringanginkan,
Siapkan dua petridish plastik, masukkan kertas saring didalamnya lalu lembabkan
jertas saring tersebut dengan aquadest, kemudian daun atau bagian tanaman yang
terinfeksi jamur yang telah dikeringanginkan diletakkan pada kertas saring yang
telah dilembabkan, lalu tutup cawan petri tersebut, Lalu diinkubasi selama 2 x
24 jam pada suhu ruangan.
3.4.Biakan Murni Jamur
3.4.1. Judul
dan Tujuan
Judul
nya adalah pembiakan murni jamur dan tujuannya adalah untuk menisolasi dan
mengindentifikasi jamur yang berasal dari moist chamber.
3.4.2. Alat
dan Bahan
Alat
dan bahan yang digunakan yaitu, biakan jamur dari moist
chamber,aquadest,alcohol 70 %, kertas saring, medium PDA, pisau silet, petri
dish plastic dan kaca, lampu spiritus, jarum ose, pinset, incubator dan
entcase.
3.4.3. Cara
Kerja
Panaskan
terlebih dahulu media PDA sampai mencair dan kemudian dibiarkan dingin hingga
mencapai suhu 50˚C, kemudian tuangkan media PDA kedalam petridish dan dibiarkan
dingin dan padat, lalu sterilkan jarum ose, diambil jamur dari biakan dan
dipindahkan secepatnya pada bagian tengah petridish kemudian diberi label dan
diinkubasikan dalam incubator, setelah 2 x 24 jam diamati pertumbuhannya dan
digambarkan, pengamatan secara makroskopis meliputi : bentuk koloni,ukuran
koloni,warna koloni, dan bentuk areal miselia kemudian untuk mikroskopis
meliputi : hifa, spora, dan konidia.
3.5.Pengenalan Mikroba
3.5.1. Judul
dan Tujuan
Judul
dari praktikum ini adalah pengenalan mikroba dan tujuannya adalah untuk
mengenal beberapa jenis jamur dan struktur tubuhnya.
3.5.2. Alat
dan Bahan
Alat
dan bahan yang digunakan dalam praktikum Pengenalan Mikroba yaitu biakan jamur
(pada roti,tongkol jagung, dan tempe), aquadest steril,kapas,kertas
saring,jarum preparat, objek glass dan cover glass, dan mikroskop.
3.5.3. Cara
Kerja
Cara
kerja pada pengenalan mikroba pertama Bersihkan objek glass dengan alcohol
sampai bebas dari debu dan lemak,kemudian ditetesi akuades pada bagian
tengahnya, diambil sedikit jamur pada roti dengan jarum preparat, kemudian di
letakkan diatas objek glass yang telah ditetesi akuades, jika massa miselia
mengumpul dipisahkan dengan menggunakan dua jarum preparat, kemudian tutup
dengan cover glass, dijaga agar tidak ada gelembung – gelembung udara, lalu
diamati dengan mikroskop perbesaran lemah (10 x 10) dan perbesaran sedang (10 x
45).
3.6. Isolasi Bakteri
3.6.1. Judul dan tujuan
Praktikum
ini berjudul Isolasi Bakteri Dan Tujuannya adalah Untuk mengisolasi,mengidentifikasi dan
membiakkan bakteri yang terdapat pada tanaman.
3.6.2 Alat Dan Bahan
Adapun
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Petridisk,Bunsen,pipet
tetes,testub,Micropipet,mortal,pinset. Sedangkan Bahan yang digunakan adalah
Tanaman yang bergejala bakteri, aquades,media NA, Dan Alkohol.
3.6.3. Cara
Kerja
Bagian
tanaman yang bergejala penyakit dipotong (0,5 bagian yang sakit dan 0,5 bagian
yang sehat), kemudian sterilisasi permukaan dengan aquadest-alkohol-aquadest
masing-masing selama 2 menit,sampel dimaserasi (penghancuran) dengan mengunakan
mortal dengan menambah 10 ml aquades, sampel yang mengandung bakteri dimasukkan
kedalam testub pertama (1/10 atau 10-1) kemudian divortek, diambil 1
ml dari tabung 10-1 dengan pipet ukur kemudian dipindahkan ke tabung
10-2 kemudian divortek,lakukan hal yang sama sampai pengenceran 10-6,
hal yang perlu diingat bahwa pipet ukur yang digunakan harus selalu
diganti,artinya setiap tingkat pengenceran digunakan pipet ukur steril yang
berbeda atau baru. Prinsipnya bahwa pipet tidak perlu diganti jika memindakan
cairan dari sumber yang sama, Ambil 1 ml cairan dari pengenceran 10-5 dan 10-6 dengan pipet ukur
dan masukkan kedalam testub yang telah diisi media NA 9 ml,kemudian di vortek,
setelah itu tuangkan ke dalam cawan petri dan tunggu sampai media NA
padat,letakkan cawan petri tersebut di dalam ruang isolasi dengancara membalik
petri, Di incubasi selama 2 x 24 jampada suhu kamar, Amati dan identrifikasi
koloni bakteri yang tumbuh.
3.7.Biakan
Murni
3.7.1.
Judul dan Tujuan
Praktikum
ini berjudul Biakan Murni dan bertujuan mempelajari mendapatklan biakan –
biakan murni dari suatu biakan campuran.
3.7.2.
Alat Dan Bahan
Adapun
alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Jarum Ose,bunsen dan mikroskop,
Sedangkan Bahan yang digunakan yaitu suspensi campuran, Petridisc yang telah
berisi NA.
3.7.3.Cara
Kerja
Setelah
bakteri yang diisolasi tumbuh dalam cawan petri, maka dilakukan metode gores
untuk mendapatkan biakan murni dari bakteri yang digunakan, dengan Memasukkan
media NA kedalam cawan petri sebanyak 9 ml, dinginkan sampai agar padat,lakukan
sterilisasi pada jarus ose dengan cara membakar ose pada bunsen sampai ose
kemerah-merahhan,jarum ose yang telah disterilisasi didinginkan kedalam cawan
petri yang telah di isi NA baru pada bagian pinggir,Ambil satu koloni jamur
dengan jarum ose,sentuh kan jarum ose kedalam medium dan goreskan secara
kontinyu sampai setengah permukaan agar dan lanjutkan goresan sampai habis, Di
incubasi selama 2 x 24 jam, Dan setelah tumbuh di dokumentasikan.
3.8. Haemocytometer
3.8.1. Tujuan,untuk mengenal
konstruksi haemacytometer dan menggunakanya untuk menghitung sel ragi dengan
bantuan mikroskop.
3.8.2.
Bahan dan Alat pada pratikum ini adalah:
suspensi
jamur,haemacytometer,mikroskop,pipet hisap.
3.8.3. Cara
kerja:
Bersihkan
permukaan hitungan dan panutup hemasitometer dengan searik kertas lensa yang
telah dibasahi dengan setetes aquades samapai tidak lagi tertinggal
siasanya,letakkan kaca penutup hemasitiometer diatas permukaaan hitungan
himasitometer,aduk suspensi jamur baik-baik menggunakan pipet pasteur ambilah
suspensi sebanyak 0,1 sampai 0,5ml.letakkan ujung pipet pada lekukan berbentuk
V pada tepi kaca tutup hemasitometer dan biarkan ruangan himasitometer
terpenuhi suspensi secara kaliper.usahan agar tidak ada cairan yang masuk
diantara kaca tutup dan penyangga kaca tutup.letakkan himasitometer diatas
pentas mikroskop dan amatilah dengan
objektif berkuatan rendah dan
hitunglah jumlah sel yang terdapat pada 8 buah kotak kecil yang terletak
didalam kotak bagian tengah yang berukuran 1mm itu.cara menghitungnya adalah:
dapat dilihat pada sell.seluruhnya ada sembilan area,masing-masing berukuran
1mm.kotak besar ini dibagi menjadi 16 kotak kecil.dengan demikian didalam kotak
tengah seluruhnya terdapat 400 kotak kecil(25x16).
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
4.1.1. Cara
membersihkan alat – alat
4.1.2. Pembuatan
media
Media PDA dan NA
Nutrien Agar
(NA)
Warna : kuning
Komposisi :
aquadest 500 ml, pepteon 2,5 g,ekstrak beef 1,5 g, dan agar 1 bungkus
Potato Dextrose
Agar (PDA)
Warna : kuning
pucat
Komposisi :
aquadest 500 ml,dekstrosa 20 g, agar 1 bungkus, kentang 100 g, dan
kloramfenikol 1 tablet
4.1.3. Isolasi
jamur
4.1.4. Pembiakan
murni jamur
4.1.5. Pengenalan
mikroba
Jamur pada tempe
Jamur
pada roti
Jamur pada tongkol jagung
4.1.6. Isolasi
bakteri
Tanah
Vegetasi
Tanah non vegetasi
4.1.7. Biakan
murni
4.2.
PEMBAHASAN
4.2.1. Cara
membersihkan alat – alat
Pada
praktikum mikrobiologi hal yang pertama
yang perlu dilakukan adalah kita harus mengenal alat – alat praktikum
dan tahu cara membersihkan alat – alat praktikum tersebut. Untuk alat – alat
yang masih baru kita bersihkan dengan memasukkkannya ke dalam larutan Na3PO4
sampai mendidih agar debu atau mikroba yang terdapat pada alat – alat itu
hilang kemudian dicuci dan setelah itu direndam dalam HCl untuk melarutkan
lapisan fosfat. Lalu di cuci dan dibersihkan lagi dengan aquadest dan di
keringkan dalam oven agar alat – alat itu benar – benar steril.
Untuk
alat – alat yang sudah dipakai kita juga perlu untuk mensterilkannya agar
ketika melakukan praktikum dengan objek lain, mikroba yang masih menempel di
alat – alat itu tidak mengganggu kegiatan praktikum, alat – alat yang sudah
dipakai itu dibersihkan dengan cara mensterilkan alat – alat itu si autoclave
pada tekanan 15 lbs dengan temperature 121 derajat celcius selama 20 menit
untuk menghindarkan bahaya bakteri pathogen, kemudian di rendam pada larutan
Na3PO4 setelah itu dicuci dengan air dan dimasukkan lagi ke dalam larutan HCl
1% lalu dicuci dengan aquadest dan di keringkan dalam oven.
Jika
semua alat yang masih baru maupun yang sudah dipakai itu dalam keadaan steril
maka praktikum bias dijalankan. Diman alat – alat yang digunakan adalah botol
scoat, Erlenmeyer, petri dish, objek glass, test tube, cover glass, jarum ose, lumpang
poreslin, autoclave, kompor, microwave, incubator, colony comter, oven, shaker,
vortek, laminar, mikrotube, batang pengaduk dan spiral.
4.2.2. Pembuatan
media
Medium pertumbuhan mikrobia
adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran nutrient yang diperlukan mikrobia
untuk pertumbuhannya. Untuk memberikan
kondisi hidup yang cocok bagi pertumbuhan bakteri maka media harus mengandung
semua zat hara yang mudah digunakan oleh mikroba, harus mempunyai
tekanan osmosis, tegangan permukaan, dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba yang ditumbuhkan serta tidak mengandung zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba, dan harus berada dalam kondisi
yang steril sebelum digunakan.
Medium NA berdasarkan susunan
kimianya merupakan medium nonsintetik/semi almiah, berdasarkan konsistensinya
merupakan medium padat.Medium ini digunakan
untuk pertumbuhan bakteri. Medium PDA menurut konsistensinya termasuk
medium padat, berdasarkan susunan kimianya termasuk non sintetik/semi
alamiah. Medium PDA digunakan untuk menumbuhkan jamur (fungi).
Komposisi yang digunakan untuk
membuat medium NA seberat 11,5gram adalah bacterial
pepton 5 gr/l, meal extract 3
gr/l, agar 15 gr/l dan aquades500 ml. Sedangkan untuk media PDA seberat 19,5
gram, bahan yang digunakanmeliputi potato extract 4 gr/l, glukosa 70 gr/l, agar 15 gr/l dan aquades 500 ml.Komposisi NA yang terdiri dari: meal
ekstract berfungsi sebagai sumber karbohidrat, mengandung senyawa nitrogen organik yang dibutuhkan
mikroba. Pepton merupakan sumber protein dan
penghasil nitrogen, agar berfungsi sebagai pemadat medium, dan aquades
berfungsi sebagai pelarut.
Komposisi PDA yang terdiri dari: glukosa berfungsi sebagai sumber
karbon. Potato ekstract sebagai sumber karbohidrat,
agar berfungsi memadatkan medium serta aquades berfungsisebagai pelarut
dan sumber oksigen. Medium NA pada tahap akhir berwarna kuning sedangkan medium PDA berwarna kuning pucat.
4.2.3. Isolasi
jamur
Pada
praktikum isolasi jamur, kita mengisolasi jamur yang terdapat pada tanaman,
pada praktikum ini kita gunakan jamur yang terdapat pada cabai, kita
mengisolasi jamur pada cabai dengan memotong bagian yang terserang jamur pada
cabai dengan ukuran 1 x 1 cm, dimana bagian yang diisolasi itu setengah masih
sehat dan setengah nya lagi yang terserang jamur itu tujuannya agar saat
dimasukkan ke media PDA, jamur itu bisa bertahan dengan memakan bagian tanaman
yang masih sehat itu dan bias berkembang agar kita bias mengamati perkembangan
jamur itu. Tapi media PDA yang berisi biakan jamur itu kita letakkan di
incubator untuk diinkubasi, karena jika kita letakkan di sembarang tempat besar
kemungkinan jamur itu terganggu perkembangbiakannya tapi diinkubator itu bias
di sesuaikan suhu yang pas untuk perkembangan jamur tersebut.
4.2.4. Biakan
murni jamur
Pada
praktikum biakan murni jamur ini, kita akan mengidentifikasi jamur yang berasal
dari moist chamber dengan mengambil biakan jamur kemudian dipindahkan ke media
PDA yang baru. Setelah itu diinkubasi selama 2 x 24 jam. Hasil pengamatan yang
didapat adalah bentuk koloni nya bulat, ada yang bergerombol atau berkumpul da
nada juga yang tunggal, kemudian ukuran koloni nya ada yang kecil da nada juga
yang besar dan warna koloninya adalah putih, bentuk areal miselia nya seperti
jala. Dengan sangat cepat jamur itu berkembangbiak karena jamur itu
memperbanyak dirinya dalam hitungan detik jadi perkembangannya sangat cepat.
4.2.5. Pengenalan
mikroba
Pada
praktikum pengenalan mikroba, diamati jamur yang ada pada roti,tongkol jagung
dan tempe. Setelah diamati dengan mikroskop terlihat jamur seperti yang ada
pada hasil, tapi untuk menentukan jamur yang terlihat itu kita harus tahu jamur
apa yang terdapat pada roti,jagung,maupun tempe. Jamur yang terdapat pada
sampel yaitu aspergillus pada roti kemudian aspergillus dan rhizopus pada
tongkol jagung, dan rhizopus pada tempe. Setelah kita tahu nama jamurnya, kita
menentukan ciri – ciri jamur itu, aspergillus dan rhizopus itu hamper sama
bentuknya, bentuknya seperti benang tapi rhizopus itu terlihat lebih jelas
bentuknya. Untuk tipe sporanya juga sama yaitu bulat,oval, atau berbentuk elips
atau silinder sedangkan untuk struktur hifanya itu berupa benang – benang yang
berkumpul seperti benang kusut.Kemudian tipe spora jamur – jamur itu adalah bulat,oval,
atau berbentuk elips atau silinder sedangkan genus dari aspergillus sp ini
adalah aspergillus dan genus dari rhizopus sp adalah rhizopus.
4.2.6. Isolasi
bakteri
Untuk
prraktikum isolasi bakteri, kita mengambil sampel bakteri yang terdapat pada
tanah vegetasi dan non vegetasi, untuk mengambil sampel nya yang akan biakkan,
terlebih dahulu sampel tersebut dimaserasi dengan menggunakan mortal. Sampel
tanah yang mengandung bakteri dimasukkan ke dalam tabung reaksi pertama yang
berisi 9 ml air kemudian di vortek lalu diambil dari tabung itu 1 ml dengan
mikro pipet kemudian dipindahkan ke tabung reaksi yang kedua kemudian di vortek
kembali, itu dilakukan sampai pada tabung reaksi yang ke enam, dan sampel yang
diambil untuk dimasukkan ke cawan petri adalah pada tabung reaksi yang kelima
dan keenam karena pada tabung reaksi yang kelima dan keenam lebih bagus untuk
dibuat sampel pengamatan dan tanah yang ada juga sudah sedikit. Setelah sampel
diambil dituangkan ke media NA dengan cara membalikkan cawan perti untuk
menghindarkan terjadinya kontaminasi kemudian diinkubasi selama 2 x 24 jam pada
suhu kamar.
4.2.7. Biakan
murni
Biakan murni bakteri adalah biakan yang terdiri atas satu
spesies bakteri yang ditumbuhkan dalam medium buatan. Medium buatan tersebut
berfungsi sebagai medium pertumbuhan. Pada medium ini bakteri dapat tumbuh dan
berkembangbiak. Bahan dasar yang digunakan untuk medium pertumbuhan ini adalah
agar-agar. Untuk bakteri heterotrof, medium dilengkapi dengan air, molekul
makanan (misal gula) sumber nitrogen dan mineral. Untuk hasil yang lebih baik
agar bakteri tumbuh, alat dan bahan yang digunakan disterilkan terlebih dahulu.
Untuk biakan murni ini kita gunakan metode cawan gores,
dengan mengambil koloni bakteri dari hasil isolasi bakteri tanah vegetasi /
nonvegetasi yang sudah diinkubasi selama 2 x 24 jam. Teknik goresan yang kita
gunakan adalah teknik goresan kuadran. Prinsipnya adalah sam dengan yang
lainnya yaitu pengenceran dimana goresan pertama paling pekat kemudian menjadi
semakin encer pada goresan keempat yang terletak di tengah – tengah media. Jika
penggoresan ini dilakukan dengan baik akan menghasilkan terisolasinya
mikroorganisme, dimana setiap koloni berasal dari satu sel. Berdasarkan hasil
pembiakan pada media agar di cawan petri, setelah diinkubasi selama 2 x 24 jam
akan tampak koloni yang bertumpuk atau bergerombol tebal pada media agar yang
digores.
4.2.8. haemacytometer
pada
praktikum haemacytometer tidak jadi dilaksanakan karena alatnya tidak ada, tapi
perlu kita ketahui bahwa haemacytometer itu adalah sebuah alat yang digunakan
untuk mengukur atau menghitung jumlah sel atau massa sel pada metode hitungsn
mikroskopis. Cara mengukur jumlah sel pada haemacytometer ini ada 3 cara yaitu
: hitungan cawan, hitungan mikroskopis langsung, atau secara elektronis dengan
bantuan alat yang disebut penghitung coulter.
V.KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.1. cara membersihkan alat – alat
5.1.1.1. kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang
telah dilakukan dapat diperoleh suatu kesimpulan, dimana sterilisasi merupakan
suatu proses pemusnahan mikrobia yang tidak kita inginkan dengan cara
membunuh mikroorganisme tersebut.Metode sterilisasi dapat menggunakan cara
pemanasan, menggunakan bahan kimia, penyaringan serta radiasi. Pemanasan dapat
terbagi menjadi 2 meliputi pemanasan basah dengan uap air panas dan Auto clave , sedangkan pemanasan kering
dengan cara dibakar serta uap panas.
5.1.1.2. saran
Saat melakukan sterilisasi
sebaiknya praktikan harus serius dalam melakukannya agar tidak terjadi
kecelakaan.
5.1.2. pembuatan media
5.1.2.1. kesimpulan
Tahapan pembuatan
medium tumbuh mikroba meliputi pencampuran semua bahan yang digunakan, yang
kemudian dengan proses sterilisasi basah(auto clave)
dan terakhir menginkubasi medium tersebut paling sedikit 2 x 24 jam.Medium NA pada tahap akhir
berwarna kuning, sedangkan medium PDA berwarna
kuning pucat. Medium NA berguna untuk menumbuhkan bakteri danmedium PDA berguna
untuk menumbuhkan fungi.
5.1.2.1. saran
Dalam
pembuatan medium, sebaiknya praktikan melaukukannya dengan sungguh – sungguh
karena jika komposisi yang di buat salah maka media yang dibuat tidak berhasil.
5.1.3. isolasi jamur
5.1.3.1. kesimpulan
Dengan
isolasi jamur yang diletakkan pada media PDA dibuat setengah sakit dan
setengahnya sehat agar jamur itu bias berkembang dan mendapatkan makanan yang
cukup untuk pertumbuhannya selama diinkubasikan.
5.1.3.2. saran
Praktikan harus hati –
hati dalam mengisolasi jamur agar hasil yang didapatkan maksimal, semoga pada
praktikum selanjutnya bias berjalan dengan lancer.
5.1.4. biakan murni jamur
5.1.4.1.Kesimpulan
Biakan jamur dari moist
chamber pada isolasi jamur berkembang dengan baik dimana warna koloni dari
biakan jamur itu berwarna putih. Biakan murni adalah biakan yang sel – sel nya
berasal dari pembelahan satu sel tunggal, biakan murni dapat diperoleh dengan
cara metode cawan tuang dan metode cawan sebar.
5.1.4.2. saran
Praktikan harus berhati
– hati dalam memasukkan jamur ke dalam media PDA dan dalam mensterilkan jarum
ose juga harus berhati – hati dan dipastikan jarum ose itu benar – benar steril
agar tidak terjadi kontaminasi.
5.1.5. pengenalan mikroba
5.1.5.1. kesimpulan
Dari praktikum yang
telah dilakukan pada objek pengenalan mikroba dapat disimpulkan bahwa jenis
jamur yang ada pada roti adalah aspergillus, pada tongkol jagung aspergillus dan
rhizopus dan pada tempe adalah rhizopus, kemudian strukturnya hamper sama yaitu
seperti benang.
5.1.5.2. saran
Dalam mengambil sampel
harus sesuai kebutuhan dan tidak boleh terlalu banyak agar labih mudah untuk
mengamatinya di mikroskop dan praktikan lebih mudah melihat srtuktur dari jamur
tersebut.
5.1.6. isolasi bakteri
5.1.6.1. kesimpulan
Sampel yang digunakan
untuk praktikum ini adalah tanah vegetasi dan non vegetasi dan yang akan
dibiakkan dan dimasukkan ke dalam media NA adalah pada tabung reaksi yang ke lima dan ke enam yang
sudah di vortek.
5.1.6.2. saran
dalam memvortek
praktikan harus berhati – hati agar air yang ada pada tabung reaksi tidak tumpah sehingga
tidak menimbulkan kotor.
5.1.7. biakan murni
5.1.7.1. kesimpulan
Pada biakan murni
bakteri digunakan bakteri pada tanah vegetasi dan nonvegetasi yang sudah di
vortek dengan menggunakan metode cawan gores dan hasil biakannya terlihat
koloninya berwarna merah baik pada tanah
vegetasi maupun non vegetasi dan bentuk koloninya itu bulat atau oval kemudian
ukuran koloninya ada yang besar, kecil, bergerombol dan tunggal (sendiri).
5.1.7.2. saran
Dalam melakukan goresan
pada metode cawan gores, praktikan harus berhati – hati jangan sampai merusak
media karena jika media rusak, mungkin biakan tidak berkembang dengan baik.
5.1.8. haemacytometer
5.1.8.1. kesimpulan
haemacytometer
itu adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengukur atau menghitung jumlah sel
atau massa sel pada metode hitungsn mikroskopis. Cara mengukur jumlah sel pada
haemacytometer ini ada 3 cara yaitu : hitungan cawan, hitungan mikroskopis
langsung, atau secara elektronis dengan bantuan alat yang disebut penghitung
coulter.
5.1.8.2. saran
Saat
melakukan perhitungan jumlah sel dengan haemacytometer, praktikan harus lebih
teliti agar hasil yang didapatkan akurat dan kesalahannya sedikit bahkan tidak
ada.
DAFTAR PUSTAKA
Ayu.2002.biologi umum.erlangga:Jakarta.
Banyu.2010.Algae.http://banyublogz.blogspot.com/2010_01_01_archive.htmlDiakses
tanggal 10 Oktober 2010.
Brotowijoyo.1986.Protozoa.Bandung : Grafindo.
Carter,
JB.; Saunders, VA. (2007), Virology: Principles and Applications,
England: John Wiley & Sons, Ltd.
Cheville,
NF. (1994), Ultrastructural Pathology : an Introduction to Interpretion,
Iowa: Iowa State University Press,
Hadioetomo, R.S. 1993.Mikrobiologi Dasar
dalam
Praktik : Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium.
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
http://blog.unila.ac.id/wasetiawan/protozoa.
Karman,
Oman.2007.Cerdas Belajar Biologi.Bandung:Grafindo
Kusnadi, Peristiwati, Ammi Syulasmi, Widi Purwianingsih, &
DianaRochintaniawati. 2003. Mikrobiologi.FMIPA
Biologi:UMY.
Lay, B.W & S. Hastowo. 1992.Mikrobiologi. Rajawali Pers, Jakarta.
Nermut, MV.; Steven, AC. (1987), Animal
Virus Structure, New York: Elsevier Science Publishing Company
Onggowaluyo.2001.Biologi.UMM Press : Malang.
Rapley, R. (2005), Medical Biomedical
Handbook, New Jersey: Humana Press
Soemiaji.1986.Biologi.Bandung:Erlangga.
Suriawirnia, U. 1995.Pengantar
Biologi
Umum. Angkasa, Bandung.
Volk & Wheeler. 1993.Mikrobiologi dasar . Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Waluyo, L. 2005.Mikrobiologi Umum.
UMM Press:Malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar